MAKALAH
STRUKTUR OTAK MANUSIA
DisusunUntukMemenuhiTugasMatakuliahPsikolinguistik
Dosen Pengampu : Dr.Hj. Luluk SAP. M.Pd.
Oleh :
M. Fadlulloh ArRozaq (2130710005)
M. Fadlulloh ArRozaq (2130710005)
Fatluk Inasa Fitri (2130710004)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
APRIL 2015
Kata Pengantar
Tiada kata yang dapat saya sampaikan kecuali
rasa syukur kehadirat Allah SWT hingga saat ini saya diberikan kesempatan untuk
dapat menulis sebuah makalah ini, hanya karena rahmat yang diberikan-Nya kami
dapat merangkai makalah ini hingga selesai. Apapun yang kami sajikan semoga
selalu bermanfaat bagi para pembacanya.
Otak atau encephalon adalah sentral supervisori
dari sistem syaraf/pusat supervisori dari sistem syaraf sentral vertebrata,
yang terletak pada kepala.Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar,
gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan
darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab
atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala
bentuk pembelajaran lainnya.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari
berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini saya sampaikan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
Ibu Dr. Hj. Luluk SAP. M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah ilmu sosial
sastra
Kedua orang tua
kami yang selalu menyertai langkah kami dengan doa
Dan kepada
rekan rekan yang berkat dukungan merekamakalah ini selesai seperti yang kami
harapkan
Kami sangat menyadari, makalah kami masih
banyak kekurangan baik isi materi maupun teknik penulisan, oleh sebab itu,
kritik, saran dan pendapat dari pembaca sangat kami harapkan sebagai bekal
pembenahan makalah kami selanjutnya.
Malang, 11April 2015
Penulis
Daftar Isi
Halaman
Judul.............................................................................................
1
Kata
Pengantar.............................................................................................
2
Daftar Isi
.....................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ……...........................................................................
4
1.2
Rumusan Masalah ..............................................................................
4
1.3
Tujuan Masalah ..................................................................................
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Saraf
Pusat……………………………………................................ 6
2.2 Jaringan Struktur
Otak..………………........................................................7
2.3 Teori
Lateras………………………………................................................10
2.4 Teori
Lokalisasi...............................………................................................12
2.5. Teori Hamister Dominan…………………………………………………13
2.6. Struktur Otak Wanita…………………………………………………….14
2.7. Peningkatan Kemampuan Otak………………………………………….17
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan ...................................................................................................... 20
3.2 Saran
............................................................................................................ 20
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Otak
manusia hidup adalah lembut, mengkilap, putih keabu-abuan, struktur berbentuk
jamur. Terbungkus dalam tengkorak, itu adalah 3-pon (1,4 kilogram) massa dari
jaringan saraf yang membuat kita tetap hidup dan berfungsi. Rata-rata, otak
berat 13,7 ons (390 gram) saat lahir, dan pada usia 15 tumbuh menjadi sekitar
46 ons (1.300 gram). Otak manusia terdiri dari hingga satu triliun sel saraf.
Seratus miliar ini adalah neuron, dan sisanya mendukung (glial) sel. Neuron
menerima, Proses, dan mengirimkan impuls, sedangkan sel glial (neuroglia)
melindungi, dukungan, dan membantu neuron.
Otak dilindungi oleh tengkorak dan tiga selaput yang disebut
meninges. Membran terluar dikenal sebagai dura mater; tengah sebagai arachnoid
tersebut; dan terdalam sebagai pia mater. Juga melindungi otak adalah cairan
serebrospinal, cairan yang beredar antara mater arachnoid dan pia. Banyak
arteri merah terang dan vena kebiruan pada permukaan otak menembus ke dalam.
Glukosa, oksigen, dan ion tertentu lulus dengan mudah dari darah ke otak,
sedangkan zat lain, seperti antibiotik, tidak. Dinding kapiler diyakini
menciptakan sebuah penghalang darah-otak yang melindungi otak dari sejumlah
biokimia yang beredar dalam darah.
B.
Rumusan
Masalah
Ø Seperti Apakah Sistem Saraf Pusat Manusia Itu?
Ø Seperti Apakah Jaringan Struktur Otak Itu?
Ø Seperti Apakah Teori Laterasi Itu?
Ø Seperti Apakah Teori Lokalisasi Itu?
Ø Seperti Apakah Hamister Dominan Itu?
Ø Seperti Apakah Struktur Otak Wanita Itu?
Ø Seperti Apakah Peningkatan
Kemampuan Otak : Membaca dengan Kedua Belah Otak Itu?
C.
Tujuan
Makalah
Ø Mendiskripsikan Maksud dari Sistem Saraf Pusat Manusia
Ø Mendiskripsikan Jaringan Struktur Otak
Ø Mendiskripsikan Teori Laterasi
Ø Mendiskripsikan Teori Lokalisasi
Ø Mendiskripsikan Teori Hamister Dominan
Ø Mendiskripsikan Struktur Otak Wanita
Ø Mendiskripsikan Peningkatan Kemampuan Otak:
Membaca dengan Kedua Belah Otak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon)
dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang
sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain
tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput
meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang
disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah
sebagai berikut.
- Pia Meter, Lapisan ini
penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak. Agaknya
lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan
sisa metabolisme.
- Araknoid, disebut
demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat
cairan serebrospinalis, semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran
araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak
dari bahaya kerusakan mekanik.
- Dura mater, merupakan
selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
Sistem saraf
pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis).
a)
Otak
( ensefalon )
Otak manusia
dibedakan atas tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
1.
Otak
Depan ( Prosensefalon )
Otak depan
terdiri atas telensefalon dan diensepalon
Telensefalon merupakan
bagian otak yang berkembang secara cepat, baik menurut ukuran maupun
kompleksitasnya.Komponen utamanya adalah sereberum dan bulbus olfaktori
Sereberum atau otak besar merupakan
bagian otak utama dan paling berkembang. Otak besar mempunyai fungsi dalam
pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian
(intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar
merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak,
walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang
berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak
di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan.
Diensefalon terdapat di
depan otak tengah. Bagian otak ini mengandung beberapa komponen, antara lain
berupa talamus, hipotalamus, kelenjar pineal, dan kelenjar pituitari.
Thalamus terdiri dari
sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai “tempat penerimaan untuk sementara”
sensor data dan sinyal-sinyal motorik, contohnya untuk pengiriman data dari
mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
hypothalamus berfungsi untuk
mengatur nafsu makan dan syahwat dan mengatur kepentingan biologis lainnya.
2.
Otak
Tengah ( Mesensefalon )
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan
jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis
yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak
tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan
pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Otak tengah tidak berkembang
dan tetap menjadi otak tengah.
3.
Otak
Belakang ( Rhombensefalon )
Otak belakang merupakan
bagian otak yang bersambungan dengan sumsum tulang belakang. Pada bagian otak
ini terdapat beberapa komponen utama, yaitu serebelum, pons, dan medulla
oblongata.
Serebelum atau otak kecil mempunyai
fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Jembatan varol atau pons varoli berisi serabut
saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan
otak besar dan sumsum tulang belakang.
Sumsum sambung atau medulla oblongata berfungsi
menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum
sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan
sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak
refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
b) Sumsum Tulang
Belakang ( Medula Spinalis )
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang
tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu
dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian
seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap
bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal
dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju
efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi
konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor.
2.2. Struktur Otak
Sistem
sarafmerupakanpusat keputusandan komunikasi tubuh. Sistemsaraf pusat(SSP) terdiri dariotakdan
sumsum tulang belakangdan sistem sarafperiferyangterbuat dari serabut saraf. Bersama-sama merekamengontrolsetiap
bagiandarikehidupan sehari-harikita, dari bernafas,
berkediphingga membantumengingat informasi.Sarafmenjalar dariotak ke wajah, telinga,
mata, hidung, dan
sumsum tulang belakangdan darisumsum tulang belakangke seluruhtubuh. Sarafsensorikmengumpulkan informasidari lingkungan, lalu mengirimkaninformasi tersebut ke sumsum tulang belakang, yang kemudianmempercepatpesan keotak. Otak
kemudianmenerima pesantersebut danmemberikan respon. Neuronmotorikmemberikaninstruksi
dariotakke seluruhtubuh.
Sudah
dikemukakan bahwa kedua hemisfer otak mempunyai peranan yang berbeda bagi
fungsi kortikal. Fungsi bicara bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang
yang tidak kidal. Hemisfer kiri ini disebut hemisfer dominant bagi bahasa dan
korteksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominant atau superior secara
morfologis memang agak berbeda dari hemisfer yang tidak dominant atau inferior.
Hemisfer dominant lebih berat, lebih besar girusnya dan lebih panjang. Hemisfer
kiri yang terutama mempunyai arti penting bagi bicara bahasa, juga berperan
untuk fungsi memori yang bersifat verbal. Sebaliknya, hemisfer kanan penting
untuk fungsi emosional, lagu isyarat, baik yang emosional ataupun yang verbal.
Hemisfer kiri
memang dominant untuk fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa aktifitas hemisfer
kanan, maka pembicaraan seorang akan menjadi monoton, tak ada prosodi, tak ada
lagu kalimat ; tanpa menampakan adanya emosi ; dan tanpa disertai
isyarat-isyarat bahasa.
Penentuan dan
pembuktian daerah-daerah tertentu dalam otak dalam kaitannya dengan fungsi
bicara bahasa dan fungsi-fungsi lain pada awalnya dilakukan dengan penelitian terhadap
orang-orang yang mengalami kerusakan otak atau kecelakaan yang mengenai
kepala. Kemudian dilakukan juga dengan berbagai eksperimen terhadap orang
sehat.
Satu daerah
lagi yang terlibat dalam proses ujaran adalah daerah korteks ujaran superior
atau daerah motor suplementer. Bukti bahwa daerah itu dilibatkan dalam
artikulasi ujaran fisik berasal dari ahli bedah saraf Penfield dan Robert, yang
melakukan penelitian dengan teknik ESB. Dengan batuan arus listrik keduanya
dapat mengindentifikasikan daerah-daerah otak yang dipengaruhi rangsangan
listrik. Daerah-daerah yang dipengaruhi rangsangan listrik itu mempengaruhi
hasil ujaran secara normal. Karena daerah motor suplementer itu berdekatan
dengan celah yang digunakan untuk mengendalikan gerak fisik, yakni menggerakan
tangan, kaki, lengan dan lain-lain, daerah itu juga mengendalikan penghasilan
ujaran.
Hasil
penelitian tentang kerusakan otak oleh Broca dan Wernickle serta penelitaian
Penfield dan Robert mengarah pada kesimpulan bahwa hemisfer kiri dilibatkan
dalam hubungannya dengan fungsi bahasa. Kranshen (1977) mengemukakan lima alasan
yang mendasari kesimpulan itu. Kelima alasan itu adalah berikut ini.
-
Hilangnya kemanpuan berbahasa akibat kerusakan
otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemisfer kiri
daripada hemisfer kanan.
-
Ketika hemisfer kiri dianestesia kemampuan
berbahasa menjadi hilang, tetapi ketika hemisfer kanan dianestesia kemanpuan
bahasa itu tetap ada.
-
Sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa
secara bersamaan dalam tes dikotik, ternyata telinga kanan lebih unggul dalam
ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada telinga kiri. Keunggulan telinga
kanan itu karena hubungan antara telinnga kanan dan hemisfer kiri lebih baik
daripada hubungan telingan kiri dengan hemisfer kanan.
-
Ketika materi bahasa diberikan melalui
penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka ternyata penglihatan kanan lebih
cepat dan lebih tepat dalam menangkap materi bahasa itu daripada penglihatan
kiri. Keunggulan penglihatan kanan itu karena hubungan antara penglihatan kanan
dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan penglihatan kiri dan hemisfer
kanan.
-
Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik
secara terbuka maupun tertutup, hemisfer kiri menunjukan kegiatan elektris
lebih hebat daripada hemisfer kanan. Hal ini diketahui melalui analisis
gelombang otak. Hemisfer yang lebih aktif sedikit dalam menghasilkan gelombang
alpha.
2.3. Teori
Lateralisasi
Banyak pakar
psikologi yang meragukan teori lateralisasi, bahwa pusat-pusat bahasa dan
ucapan berada pada hemisfer kiri. Mereka berpendapat bahwa seluruh otak
bertanggung jawab dan terlibat dalam proses pemahaman dan produksi bahasa.
Pendapat ini dalam psikologi disebut holisme. Namun demikian, dari bukti-bukti
eksperimental yang dilakukan terhadap otak yang normal, kebenaran teori
lateralisasi itu bisa dipertimbangkan. Berikut dikemukakan beberapa
eksperimen yang pernah dilakukan untuk menyokong teori lateralisasi itu.
a) Tes Menyimak
Rangkap ( Dichotic Listening)
-
Tes ini dilakukan dengan memperdengarkan
pasangan kata yang berbeda (misalnya boy dan girl ) pada waktu yang betul-betul
bersamaan di telinga kiri dan kanan orang yang dites dengan kenyaringan yang
sama.
-
Ternyata kata boy yang diperdengarkan pada
telinga sebelah kanan dapat diulangi dengan baik dari pada kata girl yang
diperdengarkan di telinga sebelah kiri. Hasil tes ini membuktikan bahwa
telinga kanan (yang diladasi oleh hemisfer kiri) lebih peka terhadap
bunyi-bunyi bahasa dibandingkan dengan telinga kiri (yang dilandasi oleh hemisfer
kanan).
b) Tes Stimulus
Elektris ( Electrical Stimulation of Brain )
-
Dengan tes ini pusat bahasa pada otak
distimuluskan dengan aliran listrik melalui thalamus lateral kiri sehingga
menimbulkan anomia, di mana subjek yang diteliti tidak dapat menyebutkan nama
benda yang ada di depannya, meskipun dia lancar bercakap-cakap. Stimulus
elektris yang sama yang dilakukan terhadap hamisfer kanan melalui thalamus
lateral kanan tidak menyebabkan anomia. Tes stimulus elektris ini membuktikan
bahwa lateralisasi hemisfer kiri untuk bahasa telah merupakan satu kenyataan
yang tidak dapat dibantah.
c) Tes Grafik
Kegiatan Elektris ( Electris Encephalo Graphy )
-
Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah
aliran listrik pada otak apabila seseorang sedang bercakap-cakap dan kalau ada
bagian manakah yang giat mendapatkan aliran lisrtik ini. Sebalinya juga dengan
tes ini juga, grafik kegiatan elektris telah direkam pada hemisfer kanan bila
subjek-subjek yang diteliti sedang giat melakukan kegiatan yang bukan ujaran
bahasa. Tes grafik kegiatan elektris ini telah membuktikan bahwa lateralisasi
untuk bahasa adalah pada hamesfer kiri, sedangkan hemisfer kanan untuk
fungsi-fungsi lain yang bukan bahasa.
d) Tes Wada ( Tes
Amysal )
-
Dalam tes ini obat sodium amysal diinjeksikan kedalam
system peredaran salah satu belahan otak. Belahan otak yang mendapatkan obat
ini menjadi lumpuh untuk sementara. Jika hemisfer kanan yang dilumpuhkan dengan
sodium amysal ini, maka anggota-anggota badan sebelah kiri tidak berfungsi sama
sekali. Namun, fungsi bahasa tidak terganggu sama sekali dan orang yang
diteliti ini dapat bercakap-cakap dengan normal seperti biasa. Apabila hemisfer
kiri yang diberi sodium amysal maka anggota badan sebelah kanan menjadi lumpuh,
termasuk fungsi bahasa.
e) Teknik Fisiologi Langsung ( Direct
Physiological Technique )
-
Teknik fisiologi langsung ini merekam secara
langsung getaran-getaran elektris pada otak dengan cara electro encephalo
grapky, setelah ke telinga kiri dan telinga kanan secara berturut-turut
diperdengarkan bunyi bisikan dan bunyi ujaran bahasa. Ternyata suara bising
terekam dengan baik pada hemisfer kanan, sedangkan bunyi ujaran bahasa terekam
dengan baik pada hemisfer kiri.
f) Teknik Belah
Dua Otak ( Bisected Brain Technique )
-
Pada teknik ini kedua hemisfer sengaja
dipisahkan dengan memotong korpus kalosum, sehingga kedua hemisfer itu tidak
mempunyai hubungan. Kemudian pada tangan kiri pasien yang matanya ditutup
dengan kain, diletakan sebuah benda misalnya anak kunci. Ternyata subjek
mengenal benda itu dengan melakukan gerak membuka pintu dengan menggunakan anak
kunci itu, tetapi tidak dapat menyebutkan nama benda itu. Mengapa, karena
penyebutan nama benda dilandasi oleh hemisfer kiri, sedangkan tangan kiri yang
memegang benda itu dilandasi dengan hemisfer kanan. Dengan kata lain hemisfer
kiri tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh hemisfer kanan karena hubungan
keduanya telah diputuskan.
2.4. Teori Lokalisasi
Teori
lokalisasi atau lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat
bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke seperti sudah
disebut sebelumnya.Ada beberapa
cara lain untuk menunjukan teori lokalisasi ini antara lain sebagai berikut.
a.)
Teknik Stimulus Elektrik
Teknik ini
dilakukan dengan cara menstimulasi bagian-bagian tertentu permukaan korteks
dengan aliran listrik, seperti yang telah dilakukan dua ahli bedah saraf,
Penfield dan Robert (1959) pada waktu proses pengobatan bedah saraf
pasien-pasien otak.Mereka menemukan hanya pada tiga bagian saja yang terdapat
kelainan-kelainan yang merusak bahasa. Ketiga tempat itu adalah berikut
ini.Bagian depan girus tengah sebelah bawah lobus depan kiri, yaitu bagian yang
sekarang dikenal dengan daerah (medan) Broca.Bagian atau medan temporo pariental posterior, yaitu
yang sekarang dikenal sebagai daerah (medan) Wernicke.Medan motor suplementer yang terdapat pada
permukaan tengah belahan korteks sebelah kiri, yaitu yang sekarang dikenal
sebagai korteks motor.
b) Teknik
Perbedaan Anatomi Otak
Dalam berbagai literature
mengenai teori lokalisasi muncul satu pertanyaan : jika pusat-pusat bahasa
hanya berada pada hemisfer kiri, tentulah kedua hemisfer itu, kiri dan kanan
tidak simetris, hemisfer kiri tentu lebih besar dari pada hemisfer kanan.Untuk
menjawab pertanyaan ini Geschwind dan Levistsky (1968) telah menganalisis
secara terperinci 100 otak manusia normal setelah mereka meninggal. Keduanya
menemukan bahwa planun temporale yaitu daerah dibelakang girus Heschl jauh
lebih besar pada hemisfer kiri. Bahkan perbedaan ini dapat langsung dilihat
dengan mata.
c) Cara Melihat
Otak Dengan PET (Positron Emission Tomography)
Cara lain
untuk membuktikan teori lateralisasi dan lokalisasi adalah dengan cara melihat
otak secara langsung dengan menggunakan alat yang disebut PET. Dengan PET ini
kita melihat bagian-bagian otak terutama bagian-bagian korteks, pada waktu
bagian-bagian itu sedang berfungsi.Umpamanya kalau pasien diminta mendengarkan
lagu atau musik, maka korteks hemisfer kanan akan kelihatan bercahaya dan
berwarna merah, tetapi apabila dia mendengarkan bahasa (kaliamt-kalimat) maka
korteks hemifer kirilah yang bercahaya dan berwarna merah. Hal ini membuktikan
bahwa suatu latihan yang dilakukan dengan kesadarn dan kefahaman yang tinggi
dapat menukar reaksi fungsional otak dari hemisfer kanan ke hemisfer kiri.
2.5. Hamisfer yang
Dominan
Menurut Yule
(1985) fungsi bagian tertentu pada satu daerah otak yang mengalami kerusakan
akan digantikan oleh penggantinya dibagian otak yang lain. Oleh karena itu,
sangat diperlukan kecermatan untuk menyatakan hubungan-hubungan antara
aspek-aspek perilaku linguistic dan letaknya dalam otak.
Krashen lebih
jauh mengatakan bahwa cara kerja hemisfer tertentu pada setiap orang dapat
bervariasi dalam dua hal berikut: a.) Sebagian orang kurang
mendapat lateralisasi daripada sebagian orang yang lain. Maksudnya, untuk
orang-orang tertentu kemampuan berbahasa dikendalikan oleh hemisfer kiri
orang-orang tertentu lain oleh hemesfer kanan. b.)Sebagian orang
lebih cenderung pada penggunaan salah satu hemisfer kiri atau kanan, secara
lebih siap untuk kondisi kognitif. c.) Teori mengenai daerah konvergensi bahasa itu
antara lain mengatakan berikut ini. d.) Setiap orang
memiliki pola otak yang unik yang mendasari kemampuan berbahasa yang
dimilikinya. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan bahwa ternyata wanita
memiliki pola otak yang membuat IQ verbalnya lebih besar dibanding pria.e.) Bahasa pertama (bahasa ibu) seseorang berkaitan
erat dengan jaringan sel saraf, sedangkan bahasa kedua berkaitan dengan otak.
Ini dibuktilkan dari hasil penelitian terhadap orang terserang stroke. Stroke
yang menyerang salah satu bagian otak dapat membuat hilangnya kemampuan bahasa
pertama, sedangkan bahasa kedua (yang sedang dipelajari) masih melekat atau
dapat juga sebaliknya yang hilang bahasa kedua sedangkan bahasa pertama masih
tetap ada.
Kritik terhadap
teori lateralisasi sebagai hasil penelitian lebih lanjut berujung pada lahirnya
hipotesis adanya hemisfer yang dominant yang mungkin pada hemisfer kiri
dan mungkin pula pada hemisfer kanan.
2.6. Otak
Wanita
Majalah Femina
edisi bulan Juni 1999 menurunkan artikel berjudul "Otak Kita, Keunggulan
Kita", dan yang dimaksud dengan kita di sini adalah wanita. Dalam tulisan
itu diakui memang ukuran otak pria lebih besar antara 10-15% dari pada otak
wanita. Padahal temuan mutakhir dibidang neurology menegaskan bahwa dalam
beberapa hal otak wanita lebih unggul. Dimanakah letak keunggulan otak wanita?
a) Otak
Wanita Lebih Seimbang
Asumsi adanya
perbedaan cara kerja otak pria dan wanita itu terutama dikukuhkan oleh
perbedaan kepadatan sel-sel saraf atau neuron pada suatu daerah di otak. Hasil
penelitian menunjukan bahwa lepas dari soal ukuran, daerah tertentu otak wanita
lebih kaya akan neuron dibandingkan otak pria. Perlu dicatat makin banyak
jumlah neuron di suatu daerah, makin kuat fungsi otak di sana.
Selain itu,
kalau kanak-kanak perempuan lebih cepat pandai bicara, membaca, dan jarang
mengalami gangguan belajar dibandingkan kanak-kanak laki-laki, para ahli
memperkirakan adanya kaitan dengan kemampuan wanita menggunakan kedua belah
hemisfernya (kiri dan kanan) ketika membaca atau melakukan kegiatan verbal
lain. Sedangkan pria hanya menggunakan salah satu hemisfernya (biasanya sebelah
kiri).
b) Otak Wanita
Lebih Tajam
Menurut Dr. Thomas Crook dan sejumlah ahli,
setelah melakukan pengujian indra, bahwa penglihatan wanita lebih tajam
daripada pria, meski diakui bahwa lebih banyak wanita yang lebih dulu
memerlukan bantuan kecamata daripada pria. Penglihatan wanita mulai menurun
sejak memasuki usia 35 sampai 44 tahun, sedangkan pria mulai 45 sampai 54
tahun.
Begitu juga
dengan pendengaran wanita lebih tajam daripada pria. Maka tak mengherankan
kalau pada malam hari tangisan bayi biasa membangunkan sang ibu, sementara sang
ayah tetap terlelap. Pendengaran wanita baru mulai berkurang menjelang usia
50-an.
Dr.Thomas Crook
juga menyimpulkan bahwa ingatan pria kurang tajam dibanding dengan ingatan
wanita. Baik wanita maupun pria sama-sama akan mengalami penurunan daya ingat
sesuai dengan pertumbuhan usia.
Ketajaman otak
wanita bukan hanya pada indranya, tapi juga pada perasaannya. Hal ini terbukti
ketika diminta mengenang pengalaman emosionalnya dengan bantuan MRI, tampak
wanita lebih responsive daripada pria.
c) Lebih
Awet dan Selektif
Dalam jurnal
kedokteran Arhieves of Neurology terbitan tahun 1998 (femina, Juni 1999)
diungkapkan temuan bahwa otak pria mengerut lebih cepat daripada otak wanita.
Ketika sama-sama muda memang otak pria lebih besar daripada otak wanita, tetapi
ketika keduanya mencapai usia 40 tahun, otak pria menyusut (terutama dibagian
depan) sehingga besarnya sama dengan otak wanita.
Penyusutan otak
pria itu, menurut temuan Ruben, berkaitan dengan efisiensi pemakaian energi.
Otak wanita memiliki kemampuan untuk menyesuaikan kecepatan metabolisme otak
(pemakaina energi oleh otak) dengan umumnya, sedangkan kecepatan metabolisme
pria semakin boros energi dengan bertambahnya usia. Wanita meskipun juga
mengalami penyusutan jaringan secara menyeluruh ketika bertambah tua tubuhnya
punya kecenderungan untuk menghemat apa yang ada, termasuk otaknya.
2.7.
Peningkatan Kemampuan Otak : Membaca dengan Kedua Belah Otak
Teori
lateralisasi dan lokalisasi berpendapat bahwa wilayah-wilayah tertentu dalam
otak memiliki fungsi-fungsi tertentu, seperti ideasi bahasa berada pada
hemisfer kiri dan kemampuan berbicara ada pada daerah Broca sedangkan kemampuan
memahami terdapat pada daerah Wernicke. Kesimpulan yang diajukan telah
dibuktikan berdasarkan penelitian pasien-pasien yang mengalami kerusakan otak
juga dari hasil penelitian terhadap sejumlah orang yang tidak mengalami
kerusakan otak.
Harian Media
Indonesia 6 Januari 2000, menurunkan satu artikel berjudul " Membaca
dengan Kedua Belah Otak ". dalam artikel itu dikatakan dalam era globalisasi
dewasa ini agar tidak ketinggalan informasi yang sudah mengglobal orang harus
membaca. Namun, pekerjaan membaca ini menjadi sukar bagi orang yang tidak bisa
membaca ditempat yang bising, atau bagi orang yang tidak punya banyak waktu
karena kesibukannya dengan pekerjaannya.
Orang dewasa
rata-rata dapat membaca 250 kata per menit. Namun setelah 36 jam daya ingat
yang tersisa dari yang dibaca itu tinggal 10 %. Jadi, orang membaca selama satu
jam hanya menguasai bahan yang dibacanya selama enam menit. Kebanyakan orang
hanya menggunakan hemisfer kirinya. Wilayah hemisfer kiri biasanya membaca
dengan pola analisis, harfiah dan linear. Sedangkan hemisfer kanan mampu
melakukan pemahaman secara simbolik dan spasial, serta mudah menangkap makna
intuitif dan metaphor. Maka jika kedua hemisfer ini bisa difungsikan
secara bersamaan, kiranya membaca sekaligus memahami teks dapat dilakukan
dengan kecepatan luar biasa.
Menurut Diane
Alexander, lambannya kecepatan membaca dann minimnya daya ingat terhadap yang
dibacanya adalah karena tidak terfokusnya mata pada apa yang dibacanya.
Seringkali ketika menghadapi sebuah halaman buku, mata lari kederetan kata
diseluruh halaman dan bukan pada satu deret kalimat yang dibaca. Oleh karena
itu menurut Diane, langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengubah
kebiasaan itu adalah membaca dengan runtut dari samping kiri ke samping kanan
halaman, dengan bantuan jari tangan yang digunakan untuk mengikuti baris demi
baris kalimat tersebut. Mata harus dibiasakan untuk mengikuti rute ini secara
tertib.
Berdasarkan
penelitian yang dikerjakan oleh Diane Alexander, Ken Shear, dan kawan-kawannya
dapat ditarik kesimpulan bahwa teori lokalisasi yang menyatakan tiap wilayah
otak memiliki fungsi-fungsi tetentu ternyata tidak seratus persen benar sebab
ternyata hemisfer kanan pun dapat dilatih untuk tugas-tugas kebahasaan.
2.8. Pemberbahasaan
Hewan
Mengerti bahasa
dan dapat berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Hewan-hewan yang dilatih,
seperti dalam sirkus, memang mengerti bahasa karena dia dapat melakukan
perbuatan yang diperintahkan kepadanya. Namun kemengertiannya itu sebenarnya
bukanlah karena dia mengerti bahasa, melainkan sebagai hasil dari respon-respon
yang dikondisikan.
Meskipun
demikian banyak pakar yang telah mencoba mengajarkan bahasa manusia pada hewan
primate, yakni simpanse. Di antara pakar itu adalah sebagai berikut.
a) Keith J. Hayes
dan Catherine Hayes
Keith dan
Catherine adalah sepasang suami istri yang memelihara seokor simpanse betina
yang diberi nama Viki.kedua pasangan suami istri itu berharap Viki dapat
menirukan kata-kata manusia yang didengarnya dan dapat menggunakannya dengan
benar dalam keluarga tempat dia dibesarkan. Pada akhirnya memang Viki dapat
mempelajari posisi bibir dan mulut dengan dibantu kedua tangannya untuk
menghasilkan kata-kata yang diminta oleh kedua orang tua angkatnya. Namun,
meskipun Viki dapat mengucapkan kata-kata itu, belum berarti dia dapat memahami
makna kata-kata itu.
Hasil
eksperimen itu ternyata kurang menggembirakan. Setelah enam tahun berlangsung
Viki memang dapat mengucapkan kata-kata itu. Akan tetapi ternyata Viki hanya
mau menirukan kata-kata itu setelah pelatih mengucapkannya, dan hanya kalau dia
diberi hadiah berupa makanan atau minuman setelah itu.
b) R. Allen
Gardner dan Beatrice T. Gardner
Sama halnya
dengan Hayes, Allen Gardner dan Beatrice Gardner adalah sepasang suami istri
yang mencoba mengajarkan bahasa pada simpanse betina bernama Washoe.
Berdasarkan pengamatan terhadap Viki yang tidak dapat mengucapkan kata-kata, Allen
dan istrinya mendapatkan gagasan untuk tidak mengajar Washoe dengan bunyi
suara, melainkan dengan bahasa isyarat Amerika yang digunakan oleh para
tunarungu di Amerika.
Di samping itu
mereka juga memotivasi Washoe untuk mempelajari bahasa isyarat itu dengan cara
menunjukan posisi tangan secara berulang-ulang, dengan cara memperbaiki posisi
tangan Washoe pada waktu membuat isyarat. Hasilnya? Setelah dua tahun belajar
Washoe telah dapat menggunakan 34 buah kata secara benar dalam situasi yang
tepat, misalnya dia membuat isyarat anjing ketika dia melihat gambar anjing
atau ketika mendengar suara anjing(tanpa melihat anjing).
Dibanding
dengan anak manusia, kepandaian Washoe memang belum apa-apa. Pada usia lima tahun
anak manusia telah menguasai beratus-ratus kata serta telah dapat membuat
kalimat yang lebih kompleks. Namun demikian, Washoe tercatat dalam sejarah
sebagai simpanse yang dapat berkomunikasi dengan kata-kata dalam bahasa isyarat
bukan lisan.
c) David Premack
dan Ann Premack
David dan Ann
adalah sepasang suami istri yang coba mengajarkan bahasa manusia pada beberapa
simpanse, salah seekor diantaranya bernama Sarah, seekor simpanse betina. Sarah
diajarkan untuk menguasai bahasa buatan yang disusun dari lempengan-lempengan
plastic. Bentuk maupun warna lempengan itu tidak berhubungan dengan maknanya.
Misalnya, untuk apel lempengan itu berbentuk segitiga berwarna biru dan konsep
sama berbentuk lempengan bergerigi berwarna orange.
Proses
pembelajaran berlangsung sebagai berikut. Sarah dan pengajarnya duduk di bangku
secara terpisah. Sarah di tempatkan dalam kandang dan pengajarnya duduk di
ujung bangku itu. Untuk mengajarkan nama makanan, misalnya, pengajar akan
menukar makanan itu dengan lempengan plastic yang sesuai. Umpamanya, dalam
mengajarkan konsep apel pengajar meletakan sepotong apel di atas meja dalam
jarak yang tidak dijangkau Sarah. Kemudian pengajar meletakan lempengan plastic
segitiga biru dalam jangkauan Sarah, dan pengajar tidak akan memberikan apel
apabila Sarah tidak meletakan segitiga biru itu pada sebuah papan bahasa yang
ada di depannya.
Setelah
menguasai sebuah kata (dalam bentuk lempengan plasti), tahap berikutnya Sarah
diajarkan mengurutkan dua buah kata, misalnya, beri apel. Bila Sarah dapat
membuat urutan seperti itu dia akan diberi apel, tetapi bila salah misalnya
menjadi apel beri, dia tidak akan diberi apel.
Maka tampak
bahwa simpanse, binatang primata yang katanya tingkat kognisinya hanya satu
jenjang di bawah manusia, tetap tidak dapat menguasai bahasa manusia kalau
bahasa itu kita sepakati sebagai alat komunikasi verbal berupa system bunyi
yang arbitrer. Viki, simpanse yang dilatih oleh pasangan suami istri Hayes,
memang bisa mengucapkan beberap kata tertentu, tetapi dia hanya bisa
mengucapkan apabila terlebih dahulu diucapkan oleh pelatihnya dan apabila
diberi hadiah. Begitu juga yang dilakukan Washoe, Sarah, Lana, Nim Chimsky,
tanpa upah mereka tidak mau melakukan apa-apa.
Tentang
mengajarkan bahasa manusia pada simpanse ini memang telah menimbulkan pendapat
yang controversial. Namun, kiranya perbedaan kodrat otak mereka dengan otak
manusia, yang menyebabkan mereka tidak mungkin menguasai bahasa manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Otak adalah salah satu komponen dalam sistem
susunan saraf manusia perbedaan otak manusia dan makhluk lain bukan hanya
terletak pada beratnya saja, melainkan juga pada struktur dan fungsinya.
Berikut hal-hal mengenai otak manusia dan binatang. Hemisfer kiri yang terutama
mempunyai arti penting bagi bicara bahasa, juga berperan untuk fungsi memori
yang bersifat verbal. Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi,
lagu, isyarat, baik yang emosional maupun verbal.
Ujaran didengar dan dipahami melalui daerah
Wernicke pada hemisfer kiri; lalu isyarat ujaran itu dipindahkan ke daerah
Broce untuk menghasilkan balasan ujaran itu. Berdasarkan teori hemisfer
yang bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan pemahanan dan produksi bahasa
alamiah. Ekspermen yang pernah dilakukan untuk mendukung teori tersebut,
yaitu;a. Tes mnyimak rangkap, b. Tes stimulus elektrik, c. Tes grafik kegiatan elektris, d. Tes wada, e. Teknik fisiologi langsung
teknik belah-dua otak.
Teori ini lazim juga disebut pandangan
lokalisasi berpandapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca
dan daerah Wernicke. Ada beberapa cara untuk menunjukkan teori ini, yaitu;a.) Teknik stimulus elektrik, b.) Teknik perbedaaan anatomi otak. c.) Cara melihat otak dengan PET
(Positron Emission Tomography)
Menurut Yule (1985) fungsi bahasa bagian tertentu
pada satu daerah otak yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh
penggantinya di bagian otak yang lain. Sedangkan menurut Whitaker (1977)
menyatakan kandungan dalam otak yang menyususn perilaku manusia melibatkan
keterkaitan beberapa wilayah otak. Dan Krashen (1977) menyatakan bahwa meskipun
terdapat keunggulan pada hemisfer kiri, tetapi tidak semua aspek bahasa
dibatasi pada hemisfer kiri itu.
.
3.2.Saran
Tak ada gading yang tak retak, seperti inilah cerminan makalah
kami. Karena usaha kami dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari kekurangan
dan kesalahan, maka dari itu, kami memohon saran dan kritik membangun agar pada
penyusunan makalah yang selanjutnya kami dapat membenahi kesalahan pada makalah
kami yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul (2003) Psikolinguistik
Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rhineka Putra
https://vidhawords.wordpress.com/2013/04/18/struktur
otak manusia/ diunduh pada 5 juni 2015, pukul 15.00
http://wikipedia.com2013/06/struktur
otakmanusia/, diunduh pad 5 juni 2015, pukul 15.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar