Kamis, 26 Februari 2015

Linguistik Umum




LINGUISTIK UMUM
(STATISTIK)
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Linguistik Umum
 dosen pengampu :
 DR.Hj. Diah Werdiningsih,M.pd

Oleh :
M. Fadlulloh Ar Rozaq (2130710005)
Marfuatun (2130710003)
Nurbaeti (2130710009)
Zukhrufa Nur Ahyani (2130710019)
Riski auliana ( 2130710031)


PENDIDIKAN BAHASA dan SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
NOPEMBER 2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu “sun” dan “tattein” yang memiliki arti mengatur bersama sama, adalah bagian dari tatabahasa yangmempelajari dasar dasar dan proses prsoes dan pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.Strykerdan Tarigan (1989;21) mengatakan bahwa syntax in the study of thepatterns by which words are combined to make sentences (sintaksis telaah mengenai pola pola yang diperlukan sebagai sarana untuk menghubung hubungkan kata menjadi kalimat). Sintaksis sendiri adalah cabang ilmu linguistik yang mana kajiannya begitu luas dan dalam, oleh sebab itu sintaksis sendiri dijadikan sebagai kajian materi atau kuliah utama di berbagai perguruan tinggi negri yang memiliki fakultas senibudaya dan bahasa baik di lingkup nasional maupun perguruan tinggi internasional.
B.     Metodologi
Kajian pustaka yang kami gunakan untuk mendukung refrensi pada makalah kami adalah hanya bersumber pada dua buku yang relevan, saah satunya adalah karangan Bapak Hasan Busri (Dosen Unisma sendiri). Didalam buku tersebut materi yang disampaikan sangat lengkap,dibandingkan dengan buku buku yang lain, sehingga kami hanya berkutat dan terfokus pada buku tersebut juga sebagai pelengkap kami ambilkan dari buku karangan bapak Abdul Chaer. di dalam makalah kami ini, kami mecoba menstrukturkan materi dari yang paling dasar dengan pembahasan yang sangat mendetail. Juga pada pembahasan utama kami juga mencantumkan berbagai contoh untuk memudahkan dalam pemahaman makalah kami.










C.     Rumusan Masalah
·         Pengertian sintaksis
·         Hakikat sintaksis
·         Struktur sintaksis
·         Unsur bawahan langsung
·         Kata sebagai satuan sintaksis
·         Kaidah rakursif
·         Konstruksi frase
Ø  Hakikat frase
Ø  Jenis frase
ü  Frase nomina
ü  Frase verba
ü  Frase adjektiva
ü  Frase numeralia
ü  Frase preposisi
ü  Frase konjungsi
·         Konstruksi kalimat
Ø  Hakikat kalimat
Ø  Pengenalan kalimat
·         Ciri ciri fungsi (sintaksis) kalimat
Ø  Subjek
Ø  Predikat
Ø  Objek
Ø  Pelengkap
Ø  Keterangan
·         Macam macam kalimat
Ø  Kalimat dasar dan perubahannya
Ø  Kalimat aktifdan pasif
ü  Kalimat aktif
ü  Kalimat pasif
Ø  Kalimat berita
Ø  Kalimat perintah
Ø  Kalimat tanya
Ø  Kalimat seru
Ø  Kalimat empatik
Ø  Kalimat mayor
Ø  Kalimat tunggal
Ø  Kalimat majemuk




















BAB II
SINTAKSIS

1.      Pengertian Sintaksis
Sintaksis adalah bagian cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa (Ramlan,1981;17)
Sintaksis adalah tatabahasa yang membahas hubungan antara kata dalam ukuran (Verhar,2008;161)
Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat bahasa alam (http//wikipedia.com)
Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar (KUBI,2001;1072)
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu “sun” dan “tattein” yang memiliki arti mengatur bersama sama, adalah bagian dari tatabahasa yangmempelajari dasar dasar dan proses prsoes dan pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
Strykerdan Tarigan (1989;21) mengatakan bahwa syntax in the study of thepatterns by which words are combined to make sentences (sintaksisi telaah mengenai pola pola yang diperlukan sebagai sarana untuk menghubung hubungkan kata menjadi kalimat).
Muliono (1988;101) menegaskan bahwa sintaksis studi kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar frasa dan kalimat. Batasan ini mengemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis adalah frasa dan kalimat dengan kata sebagai satuan dasarnya.
Sintaksis adalah bagian cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. ( Ramlan1981 :17)
Sintaksis adalah tatabahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan ( verhaar, 2008 : 161)
Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat bahasa alam.
Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau dengansatuan lain yang lebih besar ( Kubi, 2001 : 1072)

1.       Hakikat  Sintaksis
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan pejelasan batasan sintaksis, yang masing-masing memiliki persamaan dan perbedaan baik cakupan maupun redaksinya. Sehubungan dengen hal itu untuk memberikan pemahaman yang memadai tentang sintaksis, barikut ini akan dikemukakan beberapa batasan sistaksis yang dikemukakan para ahi bahasa. Ramlan (1789:21) megatakan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat klausa, dan frasa.
Stryker dan tarigan (1989:21) mengatakan bahwa syntax in the studi of the patterns by which words are combined to make sentences (sintaksis telaah mengenai pola-pola yang diperlukan sebagai sarana untuk menghubung-huubungkan kata menjad kalimat). Selanjutnya Muliono  (1988:101) menegaskan bahwa sistaksis studi kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar; frasa dan kalimat. Batasan ini mengemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis adalah frasa dan kalimat dengan kata sebagai satuan dasarnya.bidang sintaksis (Inggris, syntax) menyeidiki hubungan semua kelompok kata atau antar frasa-frasa dalam satuan-satuan sintaksis itu. Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar  kata, tetapi di dalam satuan yang disebut kalimat (Verhaar, 1981:70).
Bergayut dari batasan-batasan yang dikemukakan para ahli bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan tentang kaidah pengabungan kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar yang disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem suprasegmental (intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan pembicara sebagai dasarnya.
2.      Struktur Sintaksis
Secara umum  struktur sintaksis  itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Menurut Verhaar (1978) fungsi fungsi sintaksis yang terdiri dari unsur- unsur S,P,O dan K  itu  merupakan “kotak-kotak kosong” atau “ tempat-tempat kosong”
Yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan tertentu.
Kita ambil contoh kalimat:
Nenek melirik kakek tadi pagi
Tempat kosong yang bernama subjek diisi oleh kata nenek yang berkategori nomina, tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik yang berkategori verba,tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata kakek yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh frase tadi pagi yang  berkategori nomina.
Pengisi  fungsi-fungsi itu yang berupa kategori sintaksis mempunyai peran-peran sintaksis. Kata nenek pada contoh diatas memilikiperan ‘pelaku’atau ‘agentif’,melirik memiliki peran ‘aktif’, kakek memiliki peran ‘sasaran’,dan tadi pagi memiliki peran ‘waktu’. Bagaimana kalau kalimat Nenek memiliki kakek tadi pagi itu dipasifkan dan menjadi Kakek dilirik nenek tadi pagi apakah peran perannya tetap mengisi fungsi objek, sekarang mengisi subjek dan peranm tetap ‘sasaran’ verba pasif dilirik sebagai ubahan dari verba aktif melirik sekarang berperan’pasif’ nenek yang semula mengisi fungsi subjek sekarang mengisi fungsi objek dengan peran tetap ‘pelaku’ dan frase tadi pagi tetap mengisi fungsi keterangan dengan peran yang tetap juga, yaitu peran ‘waktu’. Kalau dibandingkan hubungan antara fungsi, kategori, dan peran sintaksisitu adalah menjdi sebagai berikut (diangkat dari verhaar,1978).
3.      Unsur Bawahan Langsung
Unsur bawahan langsung adalah unsur suatu kontruksi yang secara langsung (tidak melewati tataran lain) membentuk suatu kontruksi yang lebih besar. Dalam bahasa Indonesia, istilah berfrasa unsur bawahan langsung itu lazim pula disebut dengan unsur langsung (immediate constituent). Analisis kontruksi yang menggunakan unsur bawaha langsung bertujuan menjelaskan tataurut/hirarki proses pmbentuknya frasa, klausa, sampai terbentuknya kalimat. Teknis analisis berdasarkan unsur bawahan langsung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) dengan mengunakan garis miring (/) dan (2) dengan menggunakan garis tegak dan garis datar atau balok.
Analisis unsur bawahan langsung dapat pula menggunakan garis tegak dan garsi datar atau blok, seperti tanpak pada kontruksi,
(5) Saya mengajar di kelas
Contoh analisisnya seperti berikut.
Saya
Mengajar
di
Kelas
Saya
Mengajar
di
Kelas
Saya
Mengajar
di
Kelas
Saya
Mengajar
di
Kelas
           
Tambahan transformasi memberikan penggambaran yang lain dalam analisis bahasa. Dalam tatabahasa transformasi digunakan diagram pohon dalam analisis frasa, klausa, ataupun kalimat kmudian dirumuskan pula kaidah rekursifnya dan didaftarkan leksikokn anggotannya. Contoh analisisnya sebagaimana kontruksi berikut.
(6) Adik berenang di sungai
Diagram pohon
                                                              K

                                                  N                     FV


 
                                                              V                     FP
                                                                         
Pr                     N2                  






 



                                                   Adik    berenang d     i           sungai

4.      Kata Sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem); tetapi  dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar,yaitu frase. Sebagai satuan morfologi  kata sudah dibicarakan sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase, klause, dan kalimat. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-tama harus kita bedakan dulu adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna,tidak memiliki prose3s morfologi, merupakan kelastertutup, dan didalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.
Yang merupakan kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, ajektifa, adverbia, dan numeralia. Sedangkan yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi. Bandingkan dengan kata dan dan meskipun yang memang tidak mempunyai leksikal, tetapi mempunyai tugas sintaksis: dan untuk menggabungkan menambah dua buah konstituen, dan meskipun untuk menggabungkan menyatakan penegasan. Sebagai kata penuh kata-kata yang berkategori nomina,verba,dan ajektifa memiliki makna leksikal masing-masing, misalnya kata kucing dan mesjid, memiliki maknasejenis’binatang buas’ dan ‘tempat ibadah orang islam’. Bandingkan dengan kata dan dan meskipun yang tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mepunyai tugas sintaksis: dan untuk menggabungkan menambah dua buah konstituen, dan meskikpun   untuk menggabungkan menyatakan penegasan.sebagai kata penuh kata kata yang berkategori nomina, verba,dan adjektifa dapat mengalami proses morfologi, seperti kata kucing yang dapat diberi prefiks ber- sehingga menjadi berkucing, atau dapat diberiprefiks ber-disertai pengulangan, dan diberi sufiks –an, sehingga menjadi berkucing-kucingan.bandingkan dengan kata dan yang tidak bisa menjadi *berdan atau *mendankan.
5.      Kaidah Rakursif
K           FN + FV
FN         N1
FV         V + FPr.
FPr         Pr + N2
Daftar Leksikon                         Keterangan
N1 = Saya                                              N = Nomina (kata benda)
N2 = Kelas                                             V = Verba (kata kerja)
V   = berenang                                       Pr = Preposisi (kata depan)
Pr. = di

6.      KONTRUKSI FRASA
7.1. Hakikat frase
Dalam sejarah studi linguistik istilah frase banyak digunakan dengan pengertian yang berbeda beda. Disini istilah frase tersebut digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada diatas satuan kata.
Sehubungan dengan hal itu, sebagian besar ahli bahasa merumuskan pengertian frasa (1) frasa diartikan sebagai suatu fungsi dan (2) frasa diartikan sebagai suatu bentuk. Sebagai suatu fungsi frasa merupakan stuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat. Jadi, frasa dapat terjadi atas sebuah kata, atau terdiri atas pembentukan, atau terdiri atas campuran kata dan bentukan-bentukan (Samsuri, 1985:93).
Sebagai suatu bentuk, frasa merupakan satuan gramatik yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikat. Bersifat nonredikat maksudnya hubungan kata-kata yang membentuk suatu frasa tidak menyebabka fungsi subjek dan predikat dalam fungsi tersebut (Kridalaksana dalam Oscar, 1993:162). Selanjutnya Ramlan (1987:121) mengemukakan bahwa frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampai batas fungsi.
  Istilah frasa dalam bahasa Indonesia sering disamakan dengan istilah kelompok kata. Dengan pernyataan tersebut terimplikasi makna, bahwa frasa itu selalu terdiri ats dua kata atau lebih. Kenyataannya tidak selalu demikian. Perhatikan kalimat beikut.
(2-1) Si Hasan mencintai Lidia
Dalam kalimat tersebut terdapat dua frasa Si Hasan dan mencintai Lidia, yang masing-masing terdiri dari dua kata dan dua kata, tetapi, kalimat
(2-2) Hasan mencintai Lidia
Terdiri dari dua frasa Hasan dan mencintai Lidia. Frasa pertama terdiri dari satu kata dan frasa kedua terdiri atas dua kata. Berdasarkan kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa frasa adalah kontruksi sintakasis yang terdir dari dua kata atau lebih. Jadi, Hasan pada kalimat terakhir itu merupakan frasa (dalam kalimat itu) karena secara potensial dapat diperluas dengan kata sandang Si atau dengan penjelas yang ramah itu,dan seterusnya.

a.      Jenis Frase
Frasa dapat diklasifikasikan menjadi dua kriteria, yaitu (1) berdasarkan kemampuuan inti frasa dalam mewakili seluruh frasa dan (2) berdasarkan jenis kata yang menjadi unsur inti frasa. Berdasarkan kemampua inti frasa dalam mewakili seluruh frasa, frasa dibedakan mejadi dua kategori, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris adalah frasa yang intinya dapat mewakili seluruh frasa. Contoh frasa tersebut adalah sebagai berikut.
(*) Adik saya yang nomor lima mengajar di SMA
Berdasarka jumlah inti frasa, frasa endoentris dibedakan atas, (1) frasa endosentris koordinatif,  (2) frasa endosentris atributif, dan (3) frasa endosentris atributif. Frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang intinya mempunyai inti yang berbeda-beda atau dengan kata lain frasa yang unsur-unsurnya memiliki kedudukan setara, seperti contoh berikut ini.
(*) Anak kecil itu pandai menyanyi dan menari
Frasa endosentris atributif adalah frasa yang mengandung satu inti frasa atau frasa yang memiiki anggota yang kedudukannya tidak sama, karena dalam frasa itu ada yang memiliki inti dan ada yang menduduki penjelas. Contoh frasa atributif sebagai berikut ini.
(* )         Banyak buku baru di toko itu.
Frasa endosentris apositif sebenarnya mirip dengan frasa atributuf. Kekhasannya frasa ini memiliki anggota yang dapat saling menggantikan seluruh frasa. Biasanya unsur-unsur frsa ini tidak dapat dihubungkan dengan kata sambung dan atau atau dan selera semantis unsur yang satu dengan yang lainnya. Frasa endosentris atributif pada umumnya bersifat nominal. Contoh frasa ini sebagai berikut.
(*) Semeru, gunung yang tertinggi di pulau jawa, akan meletus.
Berbeda dengan frasa endosentris frasa eksosentris adalah frasa yang anggota-anggotannya, baik inti maupun penjelasnya tidak mampu mewakili seluruh inti frasa. Contoh frasa eksosentris tersebut adalah sebagai berikut:
(*) di rumah Zainal ada acara perkawinan.
Berdasarkan jenis kata yang menjadi unsur intinya, frasa dibedakan atas (1) frasa nomina (FN), (2) frasa verba (FB), (3) frasa adjektifa (Faj), (4) frasa numeralia (FNum), (5) (frasa freposisi) (Fpref), (6) frasa konjungsi (Fkonj), dan lain-lain.
(1)  Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nomina. Dalam bahasa Indonesia terdapat pemadu yang berupa frsa nomina, seperti pertanyaan-pertanyaan siapa dan/atau apa akan memperoleh jawabah yang pada pokoknya berbetuk frasa nomina. Misalnya, siapa/apa (penjelas)?, akan jawab dengan kalimat-kalimat; Hasan!; anak itu!; petan!; malan1; beberapa!; pemuda!; Dokter mata!; kalung itu!; dan sebagainya.
Berdasarkan keterangan di atas, frasa nomina terdir atas hal-hal berikut (1) Nomina, yaitu kata-kata yang menunjukkan pengertian tentang orang, hewan, dan barang atau hal0hal yang abstrak, seperti dokter,  guru, kucing, hamau, kursi, batu, sawah, dedmokrasi, dan pancasila; (2) Promonin, yaitu kata-kata yang menunjukkan pengertian orang pertama, orang kedua, orang ketiga, seperti aku,kami, kita, anda, engkau, kamu, kalian, dia, dan sebaginya; (3) Nama, baik baik bagi orang, hewan, maupun barang, atau hal, termasuk nama giografi seperti Wati, Badu, Citra, Faisal, Manis, Opak, Oma, Madura, Rembang, Barito, dan sebaginya; (4) Bentukan nomina, yang terdiri atas gabungan antara nominal, pronominal, atau nama dengan salah satu kata sarana, seperti kucing itu, beberapa ekor harimau, sebuah rumah, aku ini, mereka itu, Hasan itu, atau gabungan antra nomina dengan nama, seperti kota Malang, sungai Barit, Dokter Tabrani, dan sebagainya; atau atas bentukan nomina yang lain, seperti dokter mata, pohon palem, alas meja, dan sebagainya.
Frasa nomina adalah frasa yang keangotaannya dapat dikelompokkan sebagai berikut.
(1) Nomina + Nomina
                                                (*) dia mahasiswa
(2) Nomina + Verba
                                                (*) orang bertanya
(3) Nomina + Adjektiva
                                                (*) gadis cantik
(4) Nomeralia + Nomina atau Nomeralia + Nomina
(*) sepuluh tentara berani mati
(5) Nomina + Frasa Preposisi
                                                (*) pendatang dari Malang
(6) Nomina + Frasa Konjungsi
                                                (*) pemuda yang tampan

(2)  Frasa Verba
Frasa verba adala frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verba. Dalam bahsa Indonensia terdapat kegiatan yang menyatakan suatu suatu kegiatan orang. Pada umumnya kata-kata yang menyatakan kegiatan dapat dinyatakan dengan kalimat tanya:
(pokok) sedang apa?
Jawaban terhadap pertanyaan pokok, sebagaimana disebutkan di atas, pad aumumnya berbentuk seperti: (sedang) tidur, (sedang) membaca koran, (sedang) membeli mangga (sedang) berlari, (sedang) makan, dan sebaginya. Jawaban-jawaban pokok yang ada kalanya memiliki kemiripan dengan frasa adjektiva, seperti (sedang) sibuk sekali, (sedang) sangat takut. Namun dengan demikian, kemiripan antara frasa verba dan adjektiva ini memiliki perbedaan dan distribusinya.
Frasa verba, dengan ini verba merupakan frasa yang keanggotannya dapat dirumuska sebagai berikut.
(1) Verba + Nomina
(-) membaca buku
(2) Verba + Verba
(-) belajar membaca
(3) Verba + Adjektiva
(-) bersepeda santai
(4) Verba + Preposisi
(-) bekerja di Surabaya
(5) Verba + Frasa Konjungsi
(-) makan dengan lahapnya
(6) Aspek + Verba
(-) akan pergi
(7) Modal + Verba
(-) mungkin pulang

(3)  Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki distriusi sama dengan kataadjektiva. Unsur-unsur frasa adjektiva adalah adjektiva sebagai intinya dan dengan adjektiva/frasa adjektiva, adverbia/frasa adjektiva, dan nomina sebagai atributnya. Frasa adjektiva memiliki kemungkinan keanggotaan sebagai berikut.
(1) Sarana Pembanding  +  adjektiva
(-) agak lumayan
(2) Sarana superlatif  +  Adjektiva
(-) paling pandai
(3) Aspek  +  Adjektiva
(-) sudah kaya
(4) Modal + Adjektiva
(-) agak panjang

(4)  Frasa Numeralia
Frasa numeralia ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengankata bilangan. Dalam bahsa Indonesia terdapat dua macam penggolongan kata/frasa numeralis, yaitu yang bersifat alami dan yang bersifat suatu ukuran. Penggolongan secara alami tiggal tiga macam saja, yaitu orang, ekor, dan buah, yang masing-masing untuk manusia, hewan, dan benda. Penggolongan yang bersifat suatu ukuran, yaitu depa, keranjang, pikul, kaleng, bungkus, dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut ini.
(-) tiga depa tali

(5)  Frasa Preposisi
Frasa preposisi ialah ialah frasa yang terdir dari kata preposisi sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frasa sebagai aksinya. Perhatikan contoh erikut ini.
(-) di dalam peti itu

(6)  Frasa Konjungsi
Frasa yang didahului kata konjungsi. Frasa konjungsi memiliki kemungkinan keangotaan sebagai berikut.
(1) Konjungsi + Nomina
(-) dengan uang
(2) Konjungsi + Verba
(-) agar berhasil
(3) Konjungsi + Adjektiva
(-) dengan cepat

  8. KONTRUKSI KALIMAT
8.1.  Hakaikat Kalimat
Batasan mengenai kalimat telah banyak telah banyak dikemukakan oleh para ahi bahasa. Sehubugan dengan itu, dala buku ini tidak akan disampaikan batasan tang dikemukakan oleh para ahli bahasa tersebut. Dalam buku ini hanya kan menyampaikan simpulan batasa yang pernah dikemukakan oleh para ahli bahasa. Ssimutal batasan kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai da diikuti oleh kesenyapan yang memustahilakan adanya perpaduan atau assimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru; da sementara itu disertai pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya, (?) dan tanda seru (!), sepadan dengan intonasi selesai, sedangkan tanda baca hanya sepadan dengan jeda. Adapaun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong setelah tanda titik, tanda tanya, dan tanda perintah, atau ruang kosong sebelum huuruf kapital permulaan. Alunan titinada pada kebanyakan hal tidak ada padanannya dala bentuk tertulis.
Di pandang dari sudut logika, kalmat dideefinisikan sebagai ujaran yang berisikan pikiran secara lengkap yang tersusun dari subjek dan predikat, dengan pengertian subjek adalah tentang apa sesuatu dikatakan dan predikat adalah apa yang dikatakan tentang subjek. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa istilah subjek dan predikat itu mengacu kepada fungsi, tidak kepada jenis kata.
Berdasarkan kenyataan bahwa dalam pelaksanaan bahasa (parole) tidak semua unur dari sistem  (langue) bahsa direalisasikan, maka sebagai dasar penetapan bentuk kebahasaan yang mana dapat dianggap sebagai kalimat, kita gunakan saja struktur bahasa atau sistem batinnya bahasa. Kerena itu kalimat pada hakikatnya berupa proposisi, sehingga dalam kaimat dasar, mestinya mempunyai kata atau frasa yang berfungsi sebagai subjek dan kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat. Dalam bahasa Indonesia pola kalimat dasar itu adalah seuah subjek diikuti oleh sebuah predikat. Baik fungsi subjek atau fugsi predikat dapat diduduki oleh kata tunggal atau frasa.

5.4.2  Pengenalan Kalimat
Apakah sebuah ujaran (lisan ataupun tulisan) merupaka kaimat atau bukan? Persyaratan pokok yang perlu diperhatikan adalah (1) unsur predikat dan (2) permutasi (perubaha urutan) unsur kalimat. Kedua dasar itu dapat dijadikan sebagai alat pengenalan apakan suatu ujaran dapat dikatakan sebagai kalimat.
Setiap klaimat da;am unsur lahirnya sekurang-kurangnya memiliki presikat. Dengan kata lain, jika suatu ujaran memiliki presikat, ujaran tersebut disebut kalimat, sedangkan untaian kata yang tidak memilikii predikat disebut sebagai frasa. Untuk menentukan predikat suatau kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu, misalnya dalam contoh berikut.
(3-1) Siswa itu membaca
(3-2) Siswa itu menulis surat.
Pada contoh tersebut ada verba (1) membaca dan (2) menulis. Apakah verba itu merupakan predikat? Untuk itu perlu dilakukan permutasi. Apakah ada perubahan onformasi setelah dilakukan permutas kalimat itu, seperti berikut ini.
(*) Membaca // siswa itu.
Peubahan tersebut juga disertai perubahan intonasi (lagu kalimat). Dala contoh tanda garis miring (//) menandakan batasa satu unit, yaitu unsur yang dicalonkan sebagai predikat dan unsur yang dicalaonkan sebagai subjek. Prhatikan contoh berikut.
(*) Siswa itu membaca
Bandingkan:
(*) Membaca // siswa itu.
Ternyata dengan adanya permutasi tersebut tidak mengubah informasi dasar, sehingga adanya kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Siswa yang membaca itu --- (*) Yang membaca itu // siswa. Contoh (*) jika dipisahkan unsurnya menjadi siswa yang membaca itu serta dipermutasikan menjadi yang belajar itu // anak, tanpaknya tidak ada perbedaan makna. Contoh  tanpaknya tidak dapat dipisahkan seperti itu 
(*) Siswa yang belajar itu (menangis)
Jika dalam suatu ujaran tidak ditemukan verba, tetapi ada nomina, adjektiva, preposisi, maka nomina, adjektiva, preposisi tersebut dapat menduduki predikat, seperti contoh berikut ini.
(*) Kuda itu binatang  
Demikian pula verba, sebagaimana nomina dapat menduduki subjek jika disertai kata itu, seperti contoh berikut.
(*) Menolong itu perbuatan baik.
Kata penanda ialah, adalah dan merupakan juga dapat digunakan sebagai penanda suatu kalimat. Dengan kata lain, suatu perkataan yang di dalamnya terdapat satu dari ketika kata itu menunjukkan bahwa pernyataan itu merupakan suatu kalimat, seperti contoh berikut ini.
(*) Neutron adalah par tikel tanpa muatan listrik.
Kata adalah banyak digunakan untuk meyataka batasan (definisi), sedangkan kata ialah lebih banyak membuat nomina (”sesuatu”) di sebelah kiri (subjek) identik (sama) dengan nomina (”sesuatu”) disebelah kanan penanda predikat ialah. Dalam kenyataan penanda predikat ialah dan adalah dapat dipertukarkan. Sedangkan penanda predikat merupakan kebanyakan digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan nomina (”sesuatu”) yang berada disebelah kiri penanda predikat merupakan.
Kata ialah dan adalah tidak dapat dipertukarkan dengan kata penanda yaitu dan yakni. Kata yatu dan yakni berfungsi menjadi penghubung antara penjelas (perincian) sesuatu yang telah disebut terlebih dahulu. Misalnya, penggunaan kata ialah dan adalah pada kalimat berikut salah, karena bukan penanda predikat.
(*) kita memiliki jaminan, ialah rumah, mobil, dan tabanas.
Kedua kalimat itu yang benar adalah
(*) kita memiliki jaminan, yaitu/yakni rumah, mobil, dan tabanas.
Berdasarkan uraian kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuat pernyataan merupakan kalimat jika di dalamnya sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital diakhiri dengan titik, tanda seru, dan tanda tanya. Simpulan ini digunakan berdasarkan kelengkapan unsur gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat dengan unsur lain dalam penggunaan bahasa.

7.      Ciri-ciri Fungsi (Sintaksis) Kalimat
Dalam kontruksi kalimat terdapat beberapa unsur fungsi, yaitu: subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Unsur-unsur fungsi tersebut bukan semata-mata untuk menganalisis/menguraikan kalimat atas dasar unsur-unsurnya itu, tetapi juga untuk mengecek apakah kalimat yang kita hasilkan memenuhi syarat atau kaidah tatabahasa karena kaimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Berikut ini akan diuraikan unsur-unsur fungsi kalimat tersebut.
9.1. Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada suatu kalimat di samping unsur predikat. Dengan kata lain subjek merupakan elemen atau unsur kalimat yang menjadi pokok peembicaraan atau dijelaskan predikat. Adapun ciri-ciri subjek tersebut, yaitu sebagai berikut.
(1) Jawaban apa dan siapa.
(2) Disertai kata itu.
(3) Didahului kata bahwa.
(4) Mempunyai keterangan pewatas yang.
(5) Tidak didahului Preposisi (dari, dalam, di, ke, kepada, pada)
(6) Berupa nomina atau frasa nomina, dan
(7) Berupa verba atau frasa verba.
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Diah telah dinikahkan dengen laki-laki pilihan orang tuannya.
9.2.  Predikat
Sebagaimana dijelaskan pada pembicaraan yang sebelumnya, bahwa predikat merupakan unsur utama suatu kalimat, di samping subjek. Predikat dalam hal ini dapat dikatakan unsur atau elemen kalimat yang memberikan penjelasan tentang subjek atau menrangkan subjek. Adapun ciri-ciri predikat secara terperinci adalah sebagai berikut.
(1) Merupakan jawban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Faradina menyiram bunga..
Dalam kalimat (3-17) menyiram merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa Faradina dan baik-baik dalam kalimat (3-18) merupakan jawaban mengapa Albartsani. Demikian juga sedang dibangun dalam kalimat (3-19) merupakan jawaban atas pernyataan mengapa rumah Pak Hasan.
(*) Rumah Pak Hasan sedang dibangun.
(2) berupa kata adalah atau ialah
Perhatikan contoh berikut ini
(*) Jumlah pendaftar lulusan SLTA yang akan diterima sebagai calon mahsiswa baru adalah  
(3) Berupa kata frasa verba
Perhatikan contoh berikut ini
(*) Kucing Tabrani beranak tiga ekor.
(4) Berupa kata atau frasa nomina
Perhatikan contoh berikut ini
(*) Ayahnya Polisi.
(5) Berupa kata adjektiva atau frasa adjektiva
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Gadis itu cantik.
(6) Berupa kata numeralia
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Saudaranya delapan orang..
(7) Berupa frasa preposisi
Perhatikan contoh berikut ini:
(*) Pertemuan itu di Balai Kelurahan.
(8) Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Pamannya baru saja berangkat.
(9) Dapat diingkarkan
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Universitas Islam Malang tidak termasuk universitas tertuan di Malang
9.3. Objek
Objek adalah unsur atau elemen kalimat penyerta predikat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Objek merupakan kalimat yang dapat diperlawankan dengan subjek. Objek juga merupakan unsur kalimat yang bersifat wajib dalam susunan kalimat pasif ataupun dalam susunan kalimat intransitif, berpredikat verba, berawalan ber-, ke-an. Dengan kata lainn objek hanya terdapat pada kalimat aktif transitif, yaitu kalilmat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek.
Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
(1) Penyerta predikat
Unsure objek penyerta predikat, langsung berada di belakang predikat. Sebagaimana dibicarakan di atas, onjek terdapat dalam struktur kalimat aktif transtif, yaitu kalimat yang memilikiunsur subjek, predikat, dan objek. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Truk-truk itu mengangkut beras.
Kalimat (*) mempunyai urutan S-P-O, sedangkan kalimat (*) mempunyai urutan P-O-S. Berdasarkan contoh di atas, jelas bahwa objek hanya menyertai predikat atau hanya berada di belakang predikat.
(2) Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa objek hanya terdapat dalam kaimat aktif dan dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Walaupun objek itu telah menjadi subjek, perannya tetap sebagai sasaran. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Albatsani menemukan gelang di pantai.
Kedua kalimat di atas dapat dipastikan. Perubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai denga bentuk dan perubahan bentuk verba predikatnnya.
(*) Gelang ditemukan Albartsani di pantai.
(3) Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati preposisi di belakang predikat itu tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, diantaranya predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Panglima Sudirman tidak mau menyerah kepada musuh.
Pada contoh kalimat (*) di atas, kata musuh bukan objek karena unsur itu didahului oleh preposisi kepada. Unsur itu menjadi satu kesatuan dengan preposisi kepada sehingga kepada musuh merupakan frasa preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Demikian juga, pada contoh kalimat (*) di antara kata mendapatkan dan hadiah dari sekolahnya tidak bisa disisipkan preposisi seperti kata pada atau dari atau pada. Jika disisipikan preposisi, kata hadiah tidak lagi berfungsi sebagai objek, tetapi sebagai keterangan.
Contoh berikut ini memperlihatkan deengan jelas bahwa unsur yang didahului preposisi bukan objek.
(*) Pada zaman dahulu orang makan dengan tangan.
Berbeda dengan kata bahwa pada kalimat berikut ini.
(*) Mahasiswa mengatakan bahwa Pak Hasan hari ini ia tidak dapat datang
Kata bahwa menjadi penghubung yang berfungsi menominalkan objek yang berupa kalimat. Pernyataan mulai dari bahwa sampai akhir kalimat itu adalah objek.

9.4. Pelengkap
Pelengkap adalahunsur atau elemen kaimat yang menyertai predikat. Pelengkap dan objek memiliki kesamaan, yaitu menyertai predikat, perbedaannya terletak pada oposisi kalimat pasif, pelengkap tidak menjadi subjek dalam kaimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap di belakang predikat kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek dalam kalimat pasif,  bukan pelengkap. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Ibu membelikan adik baju baru.
Dalam kedua contoh di atas, baju baru dan buku bahasa Indonesia  adalah pelengkap, sedangkan adik dan saya adalah objek. Kata adik dan saya dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif, sedangkan frasa baju baru dan bahasa Indonesia tetap pelengkap. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Adik dibeikan baju baru oleh ibu.
Pada contoh berikut iniunsur yang terdapat di belakang predikat berbeda fungsi meskipun sama wujudnya.
(*) Tabrani berjualan makanan..
Pada kalimat (*) kata makanan berfungsi sebagai pelengkap, sedangkan pada kalimat (*) kata makanan berfungsi sebagai objek.
Berdasarkan contoh di atas, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut.
(1) Penyerta Predikat
Sebagaimana contoh-contoh di atas, pelengkap terdapat di belakang predikat atau penyerta predikat. Ciri ini sama dengan ciari objek. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
(*) Diah mengirimi saya buku baru.
(2) Tidak Didahului Preposisi
Sebagaimana halnya objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Kamali memberikan saya sepatu kulit.
Frasa sepatu kulit pada kalimat (3-58) dan kata hukum pada kalimat (3-59), merupakan pelengkap karena tidak didahului preposisi. Sebaliknya, frasa untuk saya pada kalimat (3-60) dan frasa pada hukum pada kaimat (3-61) merupakan unsur keterangan karena didahului oleh preposisi.
9.5. Keterangan
Keterangan merupkan unsur kalimat yang memberikan informasi leih lanjut tentang sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat, misalnnya memberi informasi tentang tempat,  waktu, cara, sebab, tujuan. Keterangan dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa dapat ditandai dengan prepsisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat disertai dengan tanda peghubung, seperti  ketika, karena, meskipun, supaya, jika dan sehingga. Berikut ini akan diuraikan ciri-ciri keterangan dan jenis-jenis keterangan. Berikut ini akan diuraikan beberapa ciri keterangan.
 (1) Bukan unsur utama
Bebeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan meruakanunsur atau elemen tambahan (periferal). Yang hadirnya dalam struktur dasar tidak bersifat wajib. Karena itu keterangan bukan meruaka unsur utama dalam suatu kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Kemarin Hasan menulis surat kepada Albartsani.
 Kata kemarin dan kata Albartsani pada kalimat (3-58) pada frasa dengan komputer merupakan keterangan. Jika unsur keterangan tersebut dihilangkan kalimat tersbut masih gamatikal, seperti pada contoh erikut ini.
(*) Hasan menulis surat.
(2) Tidak terikat posisi
Di dalam kalimat, keteranga merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimata, di antara subjek dan predikat. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Sekarang Faradina sudah kelas 1 SD
Kata sekarang pada kelimat-kaimat tersebut menempati posisi awal, akhir dan antara subjek dan predikat.
Berdasarkan perannya keterangan dibedakan atas (1) keterangan waktu, (2) keterangan tempat, (3) keterangan cara, (4) keterangan yang menyatakan sikap pembbicara (modalitas) dan sebagainya.
(1)  Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Kalimat-kalimat yang berisi keerangan waktu, sebenarnya bermacanm-macam, bergantung pada keeragan waktu itu. Seperti yang telah di atas, bahwa keterangan waktu dapat menempati posisi bebas, di awal di tengah, tau di akhir kalimat. Di samping keteranga waktu yang dapat menduduki posisi sebagaimana diterangkan di atas, ada pula keteranga waktu yang hanya menjadi penjelas sebuah frasa nomina, baik sebagai subjek maupun sebagai objek. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Kemarin // polisi menangkap pencuri.
(2)  Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi di, pada dan dalam. Preposisi itu selalu mendahului nomina yang menerangkan tempat. Sebagaimana keterangan waktu, keterangan tempat mempunyai beberapa fungsi, diantaranya mmberi keterangan pada subjek, objek dan seluruh keadaan dalam kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Polisi di Surabaya // menangkap mahasiswa.
(3)  Keterangan Cara                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             
keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan ini ditandai oleh kata dengan, cara, dan dalam. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Mereka belajar dengan alat peraga.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva, seperti contoh berikut ini.
(*) Cepat-cepat dia pergi.
(4)  Keterangan Sebab
keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantara, lantara, yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina seperti contoh berikut ini.
(*) Dia masuk jurusan bahasa Indonesia karena mendapat beasiswa.
(5)  Keterangan Tujuan
keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimatditandai oleh konjungsi supaya, agar, atau untuk. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Mereka bekerja keras demi anak istrinya.
10. Macam-macam Kalimat
10.1. Kalimat Dasar dan Perubahannya
Bahasa yang kita gunakanm baik lisan maupaun tulis, terdiri atas satuan-satuan yang berisi pernyataan. Satuan tulisan itu dikenal sebagai kalimat. Kaliamat yang kita gunakan atau yang kita bentuk dapat kita kembalikan ke salah-satu pola dasar kalimat-kalimat tersebut. Pola kalimat terseut yang kita sebut kalimat dasar.
Kalimat dasar tentulah harus mencakup beberapa ketentuan sebagai berikut (1) tataurut kata-katanya haruslah merupakan urutan yang biasa terdapat pada kalimat-kalimat netral, (2) intonasinya selalu intonasi yang paling netral, artinya intonasi yang tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran arti leksikalnya, (3) mempunyai dua unsur pusat, yaitu unsur pusat yang berfungsi sebagai subjek dan unsur pusat yang berfungsi sebagai predikat, (4) fung si subjek diduduki oleh nomina/frasa nomina atau pronomina/frasa pronomina, sedangkan fungsi predikat diduduki oeh nomina/frasa nomina, verba/frasa verba, adjektiva/frasa adjektiva, nomeralia/frasa nomeralia, atau frasa preposisi.
Di samping itu, kalimat dasar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (1) tunggal, artinya terdiri atas satu klausa bebas, tanpa klausa terikat, bukan kalimat bersusun/majemuk, (2) sempurna (mayor), bukan kaliamat tak sempurna (minor), (3) pernyataan, bukan kalimat pertanyaan atau perinta, (4) aktif, (untuk kalimat verba), bukan kalimat pasif, dan (5) afirmatif, bukan kalimat negatif (Tarigan, 1984:18).
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kaliamat dasar bahasa Indonesia memiliki pola sebagai berikut.
(1) Berdasarkan Dasar Berpola SPOK
(*) Anak itu melemparkan batu ke pintu rumah Yasin.
(2) Kaimat Dasar Berpola SPOPel
(*) Suparno meminjami saya uang.
(3) Kalimat Dasar Berpola SPO
(*) Siti Alwiyah mewakili wanita Indonesia.
(4) Kalimat Dasar Berpola SPPel
(*) Negara kita berdasarkan Pancasila.
(5) Kalimat Dasar Berpola SPK
(*) Gagasan itu terdapat dalam buku Sastra Baru Indonesi.
Kalimat Dasar Berpola SP (P:Verba)
(*) Bumi berputar,
(7) Kalimat Dasar Berpola SP (P:Nomina)  
(*) Dia ilmuan muslim.
(8) Kalimat Dasar Berpola SP (P:Adjektiva)
(*) Kancil itu cerdik
10.2.  Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
Kalimat aktif adalah kalimat dasar, sedangkan kalimat aktif merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Penglihatan kalimat aktif dan pasif dalam kalimat ini sebenarnya bertolak dari kerangka pemikiran relasi antara subjek dan predikat yang dilihat dari segi peran apa yang dilakukan oleh subjek dilihat dari segi peran apa yang dilakukan subjek terhadap perbuatan apa yang dinyatakan pada predikat.
(1)  Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat. Oleh karena itu, kalimat aktif ini hanya terdapat pada kalimat yang mempunyai predikat verba buatan. Dengan kata lain, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif. Kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu (1) kalimat aktif yang berobjek (transitif) dan (2) kalimat aktif yang tidak berobjek (intransitif). Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Anak itu memetik bunga di halaman.
a. Kalimat Aktif Transitif
Dalam kalimat aktif transitif, subjek berperan sebagai pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat, dan objek menjadi sasarannya. Predikat kalimat aktif transitif berupa verba aktif (transitif). Verba aktif yang mengisi predikat pada umumnya  ditandai oleh awalan meN-, seperti kata menulis, membaca, mencatat, memperluas, menjalani, melamar, dan sebagainya. Verba seperti tersebut, jika digunakan dalam kalimat menuntut kehadiran subjek sebagai pelaku dan objek sebagai sasaran. 
Di samping berawalan meN-, ada beberapa verba aktif transitif yang tidak berawalan meN-, seperti contoh berikut ini.
(*) Tohari minum teh.
b. Kalimat Aktif Instransitif
Awalam meN-, di samping menandai kalimat aktif transitif (berobjek), juga menandai kalimat aktif intransitif (kalimat yang tidak memerlukan kehadiran objek), misalnya menangis, menyerah, melapor, menari, menyanyi, seperti contoh berikut ini.
(*) Anak kecil itu menangis.
Kalimat aktif transitif, juga ditandai oleh verba yang berawalan ber-, misalnya berjalan, berolah raga, bertanya, bekerja, dan belajar, seperti pada contoh-contoh berikut.
(*) Mahasiswa itu berjalan setiap hari.
Di samping itu, ada sejumlah verba yang tidak berawalan yang termasuk verba aktif (intransitif), seperti kembali, datang, masuk, pergi, dan bangkit. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Guru teladan itu telah kembali ke kota kelahirannya.
(2)   Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya tidak berperan sebagai pelaku, tetapi berperan sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikatnya. Kalimat pasif merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal it dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat kalimat aktif menjadi subjek pada kalimat pasif. Perubahan itu menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif. Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu ditandai pula bentuk verba sebagai predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada dua macam vera pasif, yaitu (1) verba pasif berawalan di- dan (2) verba pasif berawalan di-plus pelaku. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Masalah harga sedang dibicarakan di Jakarta.
Dalam kalimat pasif unsur pelaku tidak dapat hadir karena unsur pelaku menjadi unsur keterangan. Sebaliknya, unsur pelaku dalam kalimat aktif wajib kehadirannya, karena dalam kalimat aktif unsur pelaku menempati fungsi subjek. Dalam bahasa ragam ilmu banyak digunakan kalimat pasif, karena dengan menggunakan kalimat pasif, orang dapat meniadaka unsur pelaku, seperti pada contoh berikut ini.
(*) Dalam bab ini akan bibicarakan masalah kenakalan remaja.
Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pranomina pesona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga (saya, kita, kami, engkau, kamu, dia, dan mereka) predikat kaimat pasif tidak berawalan di-, tidak pula berawalan meN-, verba pengisi predikat kaimat pasif ini adalah verba yang diperoleh dari verba aktif dengan meninggalkan awalan meN-, sebagai pengganti awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona, atau nomina pelaku pada kalimat asal (kalimat aktifnya). Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Lamaran saya kirimkan ke kantor.
Kalimat-kalimat iatu berasal dari kalimat aktif berikut ini.
(*) Saya mengirimkan lamaran ke kantor
Di samping itu, ada sejumlah kalimat pasif yang ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan ter-. Kalimat-kalimat yang berpredikat verba berawalan ter- berikut memperlihatkan bahwa subjek dikenai sasaran perbuatan yang dinyatakan prdikat dan mempunyai makna tidak disengaja. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Kaki saya terinjak orang.
Kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja, seperti itu juga ditandai oleh kata kena, seperti dalam contoh berikut.
(*) Mereka kena tipu orang.
Selain bercir verba berawalan ter- dan kata kena, kata pasif juga ditandai oleh verba berimbuhan ke-an. Predikat yang berisi verba jenis ini juga menunjukkan makna subjek menjadi sasaran. Namun verba jenis ini amat terbatas jumlahnya, biasanya berhubungan dengan peristiwa alam. Kalimat tersebut sebagaimana tampak pada contoh berikut ini.
(*) Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.
10.3. Kalimat Berita
Kalimat berita yang sering pula dinamakan kalimat deklaratif,  adalah kalimat yang isinya untuk menyampaikan iformasi tanpa mengharapkan responsi tertentu. Ciri-ciri yang dapat membantu untuk mengenal kalimat berita ini, terutama ialah pola intonasinya, yaitu pola intonasi yang bernada akhir turun (dalam bahasa lisan) dan tanda titik (.) (dalam bahasa tulis). Di samping itu, dalam kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya, seperti apa, siapa, di mana, dan mengapa; kata-kata ajakan seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, dan kata larangan jangan (Ramlan, 1981:10).  Kalimat dapat bermacam-macam seperti contoh berikut.
(*) cita-cita anak itu sangat tinggi.
10.4. Kalimat Perintah
Kalimat perintah atau kalimat imperatif, ialah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah ditandai dengan intonasi perintah yang dalam tulisan ditandai dengan tanda seru (!), tetapi pengunaan tanda seru ini tidak diakai jika sipat perintah itu menjadi lemah, demikian juga kalau predikatnya diikuti deengan partikel –lah. Jika predikatnya terdiri atas kata kerja intransitif, bentuk kata kerja itu tetap, hanya partikel –lah dapat ditambahkan pada kata kerja itu, untuk menghaluskan perintah, sujeknya boleh dibuang boleh tidak. Jika predikatnya terdiri atas kata kerja transitif, kalimat perintah, selain ditandai oleh pola intonasi perintah, ditandai pula oleh tidak adanya prefik meN-, pada kata kerja transitif tersebut. Kalimat perintah yang menggunakan partikel –lah mengungkapkan perintah yang halus dari ada yang tidak memakainya. Penghalusan sifat perintah dapat juga dilakukan dengan menggunakan kata-kata seperti coba, cobalah, silahkan ,harap, sudilah, hendaklah, dan sudi apakah kiranya. Jika kata-kata itu digunakan dalam kalimat perintah, intonasi yang dipakai selalu intonasi yang bernada turun.
Kalimat perintah dapat bersifat negatif. Untuk menigatifkan kalimat perintah, digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian depan kalimat. Kalimat perintah yang bersifat negatif berubah menjadi larangan. Perhatikan contoh berikut.
(*) Masuklah!
10.5. Kalimat Tanya
Kalimat tanya yang disebut juga kalimat interogatif, adalah adalah kaliimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika seseorang ingin mengetahui jawaban terhadap sesuatu atau keadaan, maka ia menanyakannya dan kalimat yang dipakai adalah kalimat tanya.
Ada lima ccara untuk membentuk kalimat tanya; (1) dengan menanmbahkan kata apa(kah), (2) dengan membalikka urutan kata, (3) deengan memakai kata bukan atau tidak, (4) dengan menngubah intonasi kalimat, dan (5) dengan memakai kalimat tanya.
Kaimat berita dedngan bentuk apa pun (aktif, pasif, akatransitif, dwitransitif, dan sebagainya). Pertikel ­–kah dapat ditambahkan untuk kata tanya itu untuk sedikit memperhalus atau lebih formal.
(*) Apakah suaminya ditangkap minggu lalu?
10.6.  Kalimat Seru
Kalimat seru, yang juga dinamakan kaliamt interjeksi, adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkenaan dengan sifat, maka kalkimat seru hanya dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva. Cara membuatnya adalah dengan mengikuti kaidah (1) balikan kalimat dari SP menjadi PS, (2) tambahkan pertikel –nya pada P yang telah ditempatkan di muka, dan (3) tambakan di muka P kata seru alangkah atau bukan main.
(*) Bebas pergaulan mereka.
10.7.  Kalimat Empatik
Kalimat empatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus kapada subjek. Penegasan ini dilakukan dengan (1) menambahkan patikel –lah pada subjek, dan (2) menambahkan kata sambung yang di belakang subjek. Perhatikan contoh berikut.
(*) Dialah yang memulai pertengkaran itu.
10.8. Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri sekurang-kurangnya satu klausa bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsur pembentuk yang inti dan yang bukan inti, atau unsur yang inti saja. Bagian inti adalah bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan. Bagian inti merupakan satu kesatuan, terdiri atas bagian kalimat yang menjabat fungsi subjek, predikat, atau objek. Bagian bukan inti adalah bagian kalimat yang dapat dihilangkan.
Berdasarkan jumlah klausa yang terdapat di dalamnya, (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk.

10.9 Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu kluasa terikat. Kaimat tunggal hanya terdiri atas satu kesatuan inti. Kalimat tunggal tersebut sebagaimana terdapat pada contoh berikut ini.
(*) Anak itu menangis.
10.10 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari atas beberapa klausa bebas. Berdaarkan hubungan antara klausa-klausa yang membentuknya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas, (1) kalimat majemuk setara, (2) kaliamat majemuk bertingkat,  dan (3) kalimat majemuk campuran.
(1)  Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang sekurang-kurangnya terdiri dari dua kalimat dasar yang masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal. Perhatikan contoh berikut.
(*) Aku menimba air, ia mencuci pakaian..
 Perhatiakan diagram berikut ini.
KALIMAT MAJEMUK SETARA

Saya datang; dia pergi

Kalimat Dasar I            Konjungsi/Pungtuasi                Kalimat Dasar 2


(1a) saya datang                                (;)                            (1b) dia pergi
                                                         lalu
                                                         atau
                                                         dan
                                                        tetapi
Subjek             Predikat                                            Subjek            Predikat







 


 Saya                  datang                                                dia                   pergi

Beradasarkan diagram di atas, kalimat majemuk setara dapat diklasifikasikan: (1) kalimat majemuk setara penggabungan, (2) kalimat majemuk setara penguatan, (3) kalimat majemuk setara pemilihan, dan (4) kalimat majemik setara pertent
a. Kalimat Majemuk Setara Penggabungan
Kalimat majemuk setara penggabungan, secara eksplisit menggunakan konjungsi, antara lain: dan, lalu, kemmudian, sesudah itu, dan seagainya. Contoh kalimat setara penggabungan sebagai berikut.
(*) Ibu membereskan kamar dan bibi menyapu halaman.
b. Kalimat Majemuk Setara Penguatan
Kalimat majemuk setara penguatan, pada umumnya digabungkan secara eksplisit. Konjungsi yang digunakan antra lain: bahkan, malah(an), apalagi, dan sebagainya. Berikut ini kalimat majemuk setara penguatan.
(*) Ia tidak hanya memberinya petunjuk, bahkan ia pun ikut mengerjakannyaa.
c. Kalimat Majemuk Setara Pemilihan
Kalimat majemuk setara pemilihan ditandai oleh konjungsi atau. Jika isi pemilihannya dua (kalimat dasar), digunakan konjungsi atau di antara dua pilihan itu dan disertai dengan koma. Hubungan pemilihan itu dapat juga dinyatakan dengan kata apa(kah). Perhatikan contoh berikut.
(3-193) Dia ingin melannjutkan ke UGM, atau kuliah di Perguruan Tinggi Swasta yang baik.
d. Kalimat majemuk Setara Pertentangan.
Kalimat majemuk setara pertentangan ini ditandai oleh konjungsi, antara lain tetapi, melainkan, dan sedangkan. Konjungsi itu menyatakan hubungan pertentangan antara kalimat dasar yang satu dengan kalimat dasar yang lain dalam sebuah kalimat majemuk. Namun, masih diperlukan tanda koma diantara kalimat dasar yang satu dengan kalimat dasar yang lain. Perhatikan contoh berikut.
(*)  Keterangan itu mudah, tetapi masyarakat tidak mengerti juga.
(2)   Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang mengandung satu kalimat dasar dan merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi pengisi salah satu unsur kalimat inti itu, misalnya keterangan, subjek, dan objek. Di antara kedua kalimat unsur itu digunakan konjungsi. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat, misalnya, ketika, karena, supaya, meskipun, jika, atau, sehingga.  Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram berikut ini.

KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT
Saya masuk ketika mereka diam.


            Subjek             Predikat                                   Keterangan
                                                                                    (Anak kalimat)


                                                            Konjungsi                    Kalimat Dasar

                                                                Ketika               Subjek              Predikat
                                                                Karena             
                                                    Supaya
                                                   meskipun
                                                    Jika
Saya                masuk                  sehingga           mereka              diam
(3)  Kalimat Majemuk Campuran
Di dalam kenyataan penggunaan bahasa tanpak bahwa kalimat-kalimat yang kita gunakan tidak selamanya teratur rapi sebagai kalimat tunggal, majemuk setara, atau majemuk bertigkat. Ada kalanya kalimat yang kita gunakan tidak disebut kaimat tunggal, tidak dapat disebut kalimat majemuk setara, tidak dapat disebut kalimat majemuk bertingkat. Kalimat-kalimat yang kita gunakan ternyata merupakan campuran dari kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Perhatikan contoh berikut ini.
KALIMAT MAJEMUK CAMPURAN

Karena ingin membebaskan para penumpang, pasukan komando terpaksa menyerbu pesawat dan berakhirlah drama pembajakan yang berlangsung selama dua hari itu.

            Kalimat 1                                Konjungsi                   Kalimat 2


 
Karena ingin membebaskan                                             Berakhirlah drama pemba-
Para penumpang, pasukan                        dan                 jakan yang telah berlang-
Komando terpaksa menyer-                                              sung selama dua hari itu
bu  Pesawat


Anak Kalimat I           Pungtuasi        Induk Kalimat I
(a) karena ingin                 ( , )            (b)  Pasukan Komando
      membebaskan                                terpaksa menyerbu
      para penumpang                            pesawat


 
                                   
                                    Induk Kalimat 2         Konjungsi       Anak Kalimat 2
                                    (c) berakhirlah                  yang            (d) berlangsung
                                          drama pem-                                         selama dua
                                          bajakan                                                hari itu


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan