Rabu, 10 Juni 2015

Maklah Struktur Otak Manusia



MAKALAH
STRUKTUR OTAK MANUSIA
DisusunUntukMemenuhiTugasMatakuliahPsikolinguistik
Dosen Pengampu : Dr.Hj. Luluk SAP. M.Pd.

Oleh :
M. Fadlulloh ArRozaq            (2130710005)
                      Fatluk Inasa Fitri                     (2130710004)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
APRIL 2015

Kata Pengantar
Tiada kata yang dapat saya sampaikan kecuali rasa syukur kehadirat Allah SWT hingga saat ini saya diberikan kesempatan untuk dapat menulis sebuah makalah ini, hanya karena rahmat yang diberikan-Nya kami dapat merangkai makalah ini hingga selesai. Apapun yang kami sajikan semoga selalu bermanfaat bagi para pembacanya.
Otak atau encephalon adalah sentral supervisori dari sistem syaraf/pusat supervisori dari sistem syaraf sentral vertebrata, yang terletak pada kepala.Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini saya sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
      Ibu Dr. Hj. Luluk SAP. M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah ilmu sosial sastra
      Kedua orang tua kami yang selalu menyertai langkah kami dengan doa
Dan kepada rekan rekan yang berkat dukungan merekamakalah ini selesai seperti yang kami harapkan
Kami sangat menyadari, makalah kami masih banyak kekurangan baik isi materi maupun teknik penulisan, oleh sebab itu, kritik, saran dan pendapat dari pembaca sangat kami harapkan sebagai bekal pembenahan makalah kami selanjutnya.


Malang, 11April 2015



Penulis



Daftar Isi

Halaman Judul.............................................................................................      1
Kata Pengantar.............................................................................................      2
Daftar Isi .....................................................................................................      3

BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang ……...........................................................................      4
1.2     Rumusan Masalah ..............................................................................      4
1.3     Tujuan Masalah ..................................................................................      5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Saraf Pusat……………………………………................................ 6
2.2 Jaringan Struktur Otak..………………........................................................7
2.3 Teori Lateras………………………………................................................10  
2.4 Teori Lokalisasi...............................………................................................12    
2.5. Teori Hamister Dominan…………………………………………………13
2.6. Struktur Otak Wanita…………………………………………………….14
2.7. Peningkatan Kemampuan Otak………………………………………….17

BAB III PENUTUP
3.1  Simpulan ...................................................................................................... 20
3.2  Saran ............................................................................................................ 20
Daftar Pustaka                                                                                                           






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Otak manusia hidup adalah lembut, mengkilap, putih keabu-abuan, struktur berbentuk jamur. Terbungkus dalam tengkorak, itu adalah 3-pon (1,4 kilogram) massa dari jaringan saraf yang membuat kita tetap hidup dan berfungsi. Rata-rata, otak berat 13,7 ons (390 gram) saat lahir, dan pada usia 15 tumbuh menjadi sekitar 46 ons (1.300 gram). Otak manusia terdiri dari hingga satu triliun sel saraf. Seratus miliar ini adalah neuron, dan sisanya mendukung (glial) sel. Neuron menerima, Proses, dan mengirimkan impuls, sedangkan sel glial (neuroglia) melindungi, dukungan, dan membantu neuron.
Otak dilindungi oleh tengkorak dan tiga selaput yang disebut meninges. Membran terluar dikenal sebagai dura mater; tengah sebagai arachnoid tersebut; dan terdalam sebagai pia mater. Juga melindungi otak adalah cairan serebrospinal, cairan yang beredar antara mater arachnoid dan pia. Banyak arteri merah terang dan vena kebiruan pada permukaan otak menembus ke dalam. Glukosa, oksigen, dan ion tertentu lulus dengan mudah dari darah ke otak, sedangkan zat lain, seperti antibiotik, tidak. Dinding kapiler diyakini menciptakan sebuah penghalang darah-otak yang melindungi otak dari sejumlah biokimia yang beredar dalam darah.
B.     Rumusan Masalah
Ø  Seperti Apakah Sistem Saraf Pusat Manusia Itu?
Ø  Seperti Apakah Jaringan Struktur Otak Itu?
Ø  Seperti Apakah Teori Laterasi Itu?
Ø  Seperti Apakah Teori Lokalisasi Itu?
Ø  Seperti Apakah Hamister Dominan Itu?
Ø  Seperti Apakah Struktur Otak Wanita Itu?
Ø  Seperti Apakah Peningkatan Kemampuan Otak : Membaca dengan Kedua Belah Otak Itu?
C.     Tujuan Makalah
Ø  Mendiskripsikan Maksud dari Sistem Saraf Pusat Manusia
Ø  Mendiskripsikan  Jaringan Struktur Otak
Ø  Mendiskripsikan Teori Laterasi
Ø  Mendiskripsikan Teori Lokalisasi
Ø  Mendiskripsikan Teori Hamister Dominan
Ø  Mendiskripsikan Struktur Otak Wanita
Ø  Mendiskripsikan Peningkatan Kemampuan Otak: Membaca dengan Kedua Belah Otak

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut.
- Pia Meter, Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.
- Araknoid, disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan serebrospinalis, semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
- Dura mater, merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis).
 a)      Otak ( ensefalon )
Otak manusia dibedakan atas tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
1.      Otak Depan ( Prosensefalon )
Otak depan terdiri atas telensefalon dan diensepalon
Telensefalon merupakan bagian otak yang berkembang secara cepat, baik menurut ukuran maupun kompleksitasnya.Komponen utamanya adalah sereberum dan bulbus olfaktori
Sereberum atau otak besar merupakan bagian otak utama dan paling berkembang. Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Diensefalon terdapat di depan otak tengah. Bagian otak ini mengandung beberapa komponen, antara lain berupa talamus, hipotalamus, kelenjar pineal, dan kelenjar pituitari.
Thalamus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai “tempat penerimaan untuk sementara” sensor data dan sinyal-sinyal motorik, contohnya untuk pengiriman data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
hypothalamus berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan syahwat dan mengatur kepentingan biologis lainnya.
2.      Otak Tengah ( Mesensefalon )
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Otak tengah tidak berkembang dan tetap menjadi otak tengah.
3.      Otak Belakang ( Rhombensefalon )
Otak belakang merupakan bagian otak yang bersambungan dengan sumsum tulang belakang. Pada bagian otak ini terdapat beberapa komponen utama, yaitu serebelum, pons, dan medulla oblongata.
Serebelum atau otak kecil mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Jembatan varol atau pons varoli berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
Sumsum sambung atau medulla oblongata berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
b)      Sumsum Tulang Belakang ( Medula Spinalis )
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor.
2.2. Struktur Otak
            Sistem sarafmerupakanpusat keputusandan komunikasi tubuh. Sistemsaraf pusat(SSP) terdiri dariotakdan sumsum tulang belakangdan sistem sarafperiferyangterbuat dari serabut saraf. Bersama-sama merekamengontrolsetiap bagiandarikehidupan sehari-harikita, dari bernafas, berkediphingga membantumengingat informasi.Sarafmenjalar dariotak ke wajah, telinga, mata, hidung, dan sumsum tulang belakangdan darisumsum tulang belakangke seluruhtubuh. Sarafsensorikmengumpulkan informasidari lingkungan, lalu mengirimkaninformasi tersebut ke sumsum tulang belakang, yang kemudianmempercepatpesan keotak. Otak kemudianmenerima pesantersebut danmemberikan respon. Neuronmotorikmemberikaninstruksi dariotakke seluruhtubuh.
Sudah dikemukakan bahwa kedua hemisfer otak mempunyai peranan yang berbeda bagi fungsi kortikal. Fungsi bicara bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal. Hemisfer kiri ini disebut hemisfer dominant bagi bahasa dan korteksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominant atau superior secara morfologis memang agak berbeda dari hemisfer yang tidak dominant atau inferior. Hemisfer dominant lebih berat, lebih besar girusnya dan lebih panjang. Hemisfer kiri yang terutama mempunyai arti penting bagi bicara bahasa, juga berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal. Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosional, lagu isyarat, baik yang emosional ataupun yang verbal.
Hemisfer kiri memang dominant untuk fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa aktifitas hemisfer kanan, maka pembicaraan seorang akan menjadi monoton, tak ada prosodi, tak ada lagu kalimat ; tanpa menampakan adanya emosi ; dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa.
Penentuan dan pembuktian daerah-daerah tertentu dalam otak dalam kaitannya dengan fungsi bicara bahasa dan fungsi-fungsi lain pada awalnya dilakukan dengan penelitian terhadap orang-orang yang mengalami kerusakan  otak atau kecelakaan yang mengenai kepala. Kemudian dilakukan juga dengan berbagai eksperimen terhadap orang sehat.
Satu daerah lagi yang terlibat dalam proses ujaran adalah daerah korteks ujaran superior atau daerah motor  suplementer. Bukti bahwa daerah itu dilibatkan dalam artikulasi ujaran fisik berasal dari ahli bedah saraf Penfield dan Robert, yang melakukan penelitian dengan teknik ESB. Dengan batuan arus listrik keduanya dapat mengindentifikasikan daerah-daerah otak yang dipengaruhi rangsangan listrik. Daerah-daerah yang dipengaruhi rangsangan listrik itu mempengaruhi hasil ujaran secara normal. Karena daerah motor suplementer itu berdekatan dengan celah yang digunakan untuk mengendalikan gerak fisik, yakni menggerakan tangan, kaki, lengan dan lain-lain, daerah itu juga mengendalikan penghasilan ujaran.
Hasil penelitian tentang kerusakan otak oleh Broca dan Wernickle serta penelitaian Penfield dan Robert mengarah pada kesimpulan bahwa hemisfer kiri dilibatkan dalam hubungannya dengan fungsi bahasa. Kranshen (1977) mengemukakan lima alasan yang mendasari kesimpulan itu. Kelima alasan itu adalah berikut ini.
-          Hilangnya kemanpuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemisfer kiri daripada hemisfer kanan.
-          Ketika hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa menjadi hilang, tetapi ketika hemisfer kanan dianestesia kemanpuan bahasa itu tetap ada.
-          Sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa secara bersamaan dalam tes dikotik, ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada telinga kiri. Keunggulan telinga kanan itu karena hubungan antara telinnga kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan telingan kiri dengan hemisfer kanan.
-          Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka ternyata penglihatan kanan lebih cepat dan lebih tepat dalam menangkap materi bahasa itu daripada penglihatan kiri. Keunggulan penglihatan kanan itu karena hubungan antara penglihatan kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan penglihatan kiri dan hemisfer kanan.
-          Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup, hemisfer kiri menunjukan kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfer kanan. Hal ini diketahui melalui analisis gelombang otak. Hemisfer yang lebih aktif sedikit dalam menghasilkan gelombang alpha.    
2.3. Teori Lateralisasi
Banyak pakar psikologi yang meragukan teori lateralisasi, bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada pada hemisfer kiri. Mereka berpendapat bahwa seluruh otak bertanggung jawab dan terlibat dalam proses pemahaman dan produksi bahasa. Pendapat ini dalam psikologi disebut holisme. Namun demikian, dari bukti-bukti eksperimental yang dilakukan terhadap otak yang normal, kebenaran teori lateralisasi  itu bisa dipertimbangkan. Berikut dikemukakan beberapa eksperimen yang pernah dilakukan untuk menyokong teori lateralisasi itu.
a)    Tes Menyimak Rangkap ( Dichotic Listening)
-          Tes ini dilakukan dengan memperdengarkan pasangan kata yang berbeda (misalnya boy dan girl ) pada waktu yang betul-betul bersamaan di telinga kiri dan kanan orang yang dites dengan kenyaringan yang sama.
-          Ternyata kata boy yang diperdengarkan pada telinga sebelah kanan dapat diulangi dengan baik dari pada kata girl yang diperdengarkan di telinga sebelah  kiri. Hasil tes ini membuktikan bahwa telinga kanan (yang diladasi oleh hemisfer kiri) lebih peka terhadap bunyi-bunyi bahasa dibandingkan dengan telinga kiri (yang dilandasi oleh hemisfer kanan).
b)   Tes Stimulus Elektris ( Electrical Stimulation of Brain )
-          Dengan tes ini pusat bahasa pada otak distimuluskan dengan aliran listrik melalui thalamus lateral kiri sehingga menimbulkan anomia, di mana subjek yang diteliti tidak dapat menyebutkan nama benda yang ada di depannya, meskipun dia lancar bercakap-cakap. Stimulus elektris yang sama yang dilakukan terhadap hamisfer kanan melalui thalamus lateral kanan tidak menyebabkan anomia. Tes stimulus elektris ini membuktikan bahwa lateralisasi hemisfer kiri untuk bahasa telah merupakan satu kenyataan yang tidak dapat dibantah.  
c)    Tes Grafik Kegiatan Elektris ( Electris Encephalo Graphy )
-          Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah aliran listrik pada otak apabila seseorang sedang bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat mendapatkan aliran lisrtik ini. Sebalinya juga dengan tes ini juga, grafik kegiatan elektris telah direkam pada hemisfer kanan bila subjek-subjek yang diteliti sedang giat melakukan kegiatan yang bukan ujaran bahasa. Tes grafik kegiatan elektris ini telah membuktikan bahwa lateralisasi untuk bahasa adalah pada hamesfer kiri, sedangkan hemisfer kanan untuk fungsi-fungsi lain yang bukan bahasa.
d)   Tes Wada ( Tes Amysal )
-          Dalam tes ini obat sodium amysal diinjeksikan kedalam system peredaran salah satu belahan otak. Belahan otak yang mendapatkan obat ini menjadi lumpuh untuk sementara. Jika hemisfer kanan yang dilumpuhkan dengan sodium amysal ini, maka anggota-anggota badan sebelah kiri tidak berfungsi sama sekali. Namun, fungsi bahasa tidak terganggu sama sekali dan orang yang diteliti ini dapat bercakap-cakap dengan normal seperti biasa. Apabila hemisfer kiri yang diberi sodium amysal maka anggota badan sebelah kanan menjadi lumpuh, termasuk fungsi bahasa. 
e) Teknik Fisiologi Langsung ( Direct Physiological Technique )
-          Teknik fisiologi langsung ini merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada otak dengan cara electro encephalo grapky, setelah ke telinga kiri dan telinga kanan secara berturut-turut diperdengarkan bunyi bisikan dan bunyi ujaran bahasa. Ternyata suara bising terekam dengan baik pada hemisfer kanan, sedangkan bunyi ujaran bahasa terekam dengan baik pada hemisfer kiri.
f)     Teknik Belah Dua Otak ( Bisected Brain Technique )
-          Pada teknik ini kedua hemisfer sengaja dipisahkan dengan memotong korpus kalosum, sehingga kedua hemisfer itu tidak mempunyai hubungan. Kemudian pada tangan kiri pasien yang matanya ditutup dengan kain, diletakan sebuah benda misalnya anak kunci. Ternyata subjek mengenal benda itu dengan melakukan gerak membuka pintu dengan menggunakan anak kunci itu, tetapi tidak dapat menyebutkan nama benda itu. Mengapa, karena penyebutan nama benda dilandasi oleh hemisfer kiri, sedangkan tangan kiri yang memegang benda itu dilandasi dengan hemisfer kanan. Dengan kata lain hemisfer kiri tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh hemisfer kanan karena hubungan keduanya telah diputuskan.
2.4. Teori Lokalisasi
Teori lokalisasi atau lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke seperti sudah disebut sebelumnya.Ada beberapa cara lain untuk menunjukan teori lokalisasi ini antara lain sebagai berikut.
a.)    Teknik Stimulus Elektrik
Teknik ini dilakukan dengan cara menstimulasi bagian-bagian tertentu permukaan korteks dengan aliran listrik, seperti yang telah dilakukan dua ahli bedah saraf, Penfield dan Robert (1959) pada waktu proses pengobatan bedah saraf pasien-pasien otak.Mereka menemukan hanya pada tiga bagian saja yang terdapat kelainan-kelainan yang merusak bahasa. Ketiga tempat itu adalah berikut ini.Bagian depan girus tengah sebelah bawah lobus depan kiri, yaitu bagian yang sekarang dikenal dengan daerah (medan) Broca.Bagian atau medan temporo pariental posterior, yaitu yang sekarang dikenal sebagai daerah (medan) Wernicke.Medan motor suplementer yang terdapat pada permukaan tengah belahan korteks sebelah kiri, yaitu yang sekarang dikenal sebagai korteks motor.
b) Teknik Perbedaan Anatomi Otak
Dalam berbagai literature mengenai teori lokalisasi muncul satu pertanyaan : jika pusat-pusat bahasa hanya berada pada hemisfer kiri, tentulah kedua hemisfer itu, kiri dan kanan tidak simetris, hemisfer kiri tentu lebih besar dari pada hemisfer kanan.Untuk menjawab pertanyaan ini Geschwind dan Levistsky (1968) telah menganalisis secara terperinci 100 otak manusia normal setelah mereka meninggal. Keduanya menemukan bahwa planun temporale yaitu daerah dibelakang girus Heschl jauh lebih besar pada hemisfer kiri. Bahkan perbedaan ini dapat langsung dilihat dengan mata.
c) Cara Melihat Otak Dengan PET (Positron Emission Tomography)
Cara lain  untuk membuktikan teori lateralisasi dan lokalisasi adalah dengan cara melihat otak secara langsung dengan menggunakan alat yang disebut PET. Dengan PET ini kita melihat bagian-bagian otak terutama bagian-bagian korteks, pada waktu bagian-bagian itu sedang berfungsi.Umpamanya kalau pasien diminta mendengarkan lagu atau musik, maka korteks hemisfer kanan akan kelihatan bercahaya dan berwarna merah, tetapi apabila dia mendengarkan bahasa (kaliamt-kalimat) maka korteks hemifer kirilah yang bercahaya dan berwarna merah. Hal ini membuktikan bahwa suatu latihan yang dilakukan dengan kesadarn dan kefahaman yang tinggi dapat menukar reaksi fungsional otak dari hemisfer kanan ke hemisfer kiri.
2.5. Hamisfer yang Dominan
Menurut Yule (1985) fungsi bagian tertentu pada satu daerah otak yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh penggantinya dibagian otak yang lain. Oleh karena itu, sangat diperlukan kecermatan untuk menyatakan hubungan-hubungan antara aspek-aspek perilaku linguistic dan letaknya dalam otak.
Krashen lebih jauh mengatakan bahwa cara kerja hemisfer tertentu pada setiap orang dapat bervariasi dalam dua hal berikut: a.) Sebagian orang kurang mendapat lateralisasi daripada sebagian orang yang lain. Maksudnya, untuk orang-orang tertentu kemampuan berbahasa dikendalikan oleh hemisfer kiri orang-orang tertentu lain oleh hemesfer kanan. b.)Sebagian orang lebih cenderung pada penggunaan salah satu hemisfer kiri atau kanan, secara lebih siap untuk kondisi kognitif. c.) Teori mengenai daerah konvergensi bahasa itu antara lain mengatakan berikut ini. d.) Setiap orang memiliki pola otak yang unik yang mendasari kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Hal ini dibuktikan dengan hasil temuan bahwa ternyata wanita memiliki pola otak yang membuat IQ verbalnya lebih besar dibanding pria.e.) Bahasa pertama (bahasa ibu) seseorang berkaitan erat dengan jaringan sel saraf, sedangkan bahasa kedua berkaitan dengan otak. Ini dibuktilkan dari hasil penelitian terhadap orang terserang stroke. Stroke yang menyerang salah satu bagian otak dapat membuat hilangnya kemampuan bahasa pertama, sedangkan bahasa kedua (yang sedang dipelajari) masih melekat atau dapat juga sebaliknya yang hilang bahasa kedua sedangkan bahasa pertama masih tetap ada.
Kritik terhadap teori lateralisasi sebagai hasil penelitian lebih lanjut berujung pada lahirnya hipotesis adanya hemisfer yang dominant yang mungkin pada hemisfer kiri  dan mungkin pula pada hemisfer kanan.  
2.6.  Otak Wanita
Majalah Femina edisi bulan Juni 1999 menurunkan artikel berjudul "Otak Kita, Keunggulan Kita", dan yang dimaksud dengan kita di sini adalah wanita. Dalam tulisan itu diakui memang ukuran otak pria lebih besar antara 10-15% dari pada otak wanita. Padahal temuan mutakhir dibidang neurology menegaskan bahwa dalam beberapa hal otak wanita lebih unggul. Dimanakah letak keunggulan otak wanita?
a)  Otak Wanita Lebih Seimbang
Asumsi adanya perbedaan cara kerja otak pria dan wanita itu terutama dikukuhkan oleh perbedaan kepadatan sel-sel saraf atau neuron pada suatu daerah di otak. Hasil penelitian menunjukan bahwa lepas dari soal ukuran, daerah tertentu otak wanita lebih kaya akan neuron dibandingkan otak pria. Perlu dicatat makin banyak jumlah neuron di suatu daerah, makin kuat fungsi otak di sana.
Selain itu, kalau kanak-kanak perempuan lebih cepat pandai bicara, membaca, dan jarang mengalami gangguan belajar dibandingkan kanak-kanak laki-laki, para ahli memperkirakan adanya kaitan dengan kemampuan wanita menggunakan kedua belah hemisfernya (kiri dan kanan) ketika membaca atau melakukan kegiatan verbal lain. Sedangkan pria hanya menggunakan salah satu hemisfernya (biasanya sebelah kiri).
b) Otak Wanita Lebih Tajam
Menurut Dr. Thomas Crook dan sejumlah ahli, setelah melakukan pengujian indra, bahwa penglihatan wanita lebih tajam daripada pria, meski diakui bahwa lebih banyak wanita yang lebih dulu memerlukan bantuan kecamata daripada pria. Penglihatan wanita mulai menurun sejak memasuki usia 35 sampai 44 tahun, sedangkan pria mulai 45 sampai 54 tahun.
Begitu juga dengan pendengaran wanita lebih tajam daripada pria. Maka tak mengherankan kalau pada malam hari tangisan bayi biasa membangunkan sang ibu, sementara sang ayah tetap terlelap. Pendengaran wanita baru mulai berkurang menjelang usia 50-an.
Dr.Thomas Crook juga menyimpulkan bahwa ingatan pria kurang tajam dibanding dengan ingatan wanita. Baik wanita maupun pria sama-sama akan mengalami penurunan daya ingat sesuai dengan pertumbuhan usia.
Ketajaman otak wanita bukan hanya pada indranya, tapi juga pada perasaannya. Hal ini terbukti ketika diminta mengenang pengalaman emosionalnya dengan bantuan MRI, tampak wanita lebih responsive daripada pria. 
c)  Lebih Awet dan Selektif
Dalam jurnal kedokteran Arhieves of Neurology terbitan tahun 1998 (femina, Juni 1999) diungkapkan temuan bahwa otak pria mengerut lebih cepat daripada otak wanita. Ketika sama-sama muda memang otak pria lebih besar daripada otak wanita, tetapi ketika keduanya mencapai usia 40 tahun, otak pria menyusut (terutama dibagian depan) sehingga besarnya sama dengan otak wanita.
Penyusutan otak pria itu, menurut temuan Ruben, berkaitan dengan efisiensi pemakaian energi. Otak wanita memiliki kemampuan untuk menyesuaikan kecepatan metabolisme otak (pemakaina energi oleh otak) dengan umumnya, sedangkan kecepatan metabolisme pria semakin boros energi dengan bertambahnya usia. Wanita meskipun juga mengalami penyusutan jaringan secara menyeluruh ketika bertambah tua tubuhnya punya kecenderungan untuk menghemat apa yang ada, termasuk otaknya.
2.7.  Peningkatan Kemampuan Otak : Membaca dengan Kedua Belah Otak
Teori lateralisasi dan lokalisasi berpendapat bahwa wilayah-wilayah tertentu dalam otak memiliki fungsi-fungsi tertentu, seperti ideasi bahasa berada pada hemisfer kiri dan kemampuan berbicara ada pada daerah Broca sedangkan kemampuan memahami terdapat pada daerah Wernicke. Kesimpulan yang diajukan telah dibuktikan berdasarkan penelitian pasien-pasien yang mengalami kerusakan otak juga dari hasil penelitian terhadap sejumlah orang yang tidak mengalami kerusakan otak.
Harian Media Indonesia 6 Januari 2000, menurunkan satu artikel berjudul " Membaca dengan Kedua Belah Otak ". dalam artikel itu dikatakan dalam era globalisasi dewasa ini agar tidak ketinggalan informasi yang sudah mengglobal orang harus membaca. Namun, pekerjaan membaca ini menjadi sukar bagi orang yang tidak bisa membaca ditempat yang bising, atau bagi orang yang tidak punya banyak waktu karena kesibukannya dengan pekerjaannya.
Orang dewasa rata-rata dapat membaca 250 kata per menit. Namun setelah 36 jam daya ingat yang tersisa dari yang dibaca itu tinggal 10 %. Jadi, orang membaca selama satu jam hanya menguasai bahan yang dibacanya selama enam menit. Kebanyakan orang hanya menggunakan hemisfer kirinya. Wilayah hemisfer kiri biasanya membaca dengan pola analisis, harfiah dan linear. Sedangkan hemisfer kanan mampu melakukan pemahaman secara simbolik dan spasial, serta mudah menangkap makna intuitif  dan metaphor. Maka jika kedua hemisfer ini bisa difungsikan secara bersamaan, kiranya membaca sekaligus memahami teks dapat dilakukan dengan kecepatan luar biasa.
Menurut Diane Alexander, lambannya kecepatan membaca dann minimnya daya ingat terhadap yang dibacanya adalah karena tidak terfokusnya mata pada apa yang dibacanya. Seringkali ketika menghadapi sebuah halaman buku, mata lari kederetan kata diseluruh halaman dan bukan pada satu deret kalimat yang dibaca. Oleh karena itu menurut Diane, langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengubah kebiasaan itu adalah membaca dengan runtut dari samping kiri ke samping kanan halaman, dengan bantuan jari tangan yang digunakan untuk mengikuti baris demi baris kalimat tersebut. Mata harus dibiasakan untuk mengikuti rute ini secara tertib.
Berdasarkan penelitian yang dikerjakan oleh Diane Alexander, Ken Shear, dan kawan-kawannya dapat ditarik kesimpulan bahwa teori lokalisasi yang menyatakan tiap wilayah otak memiliki fungsi-fungsi tetentu ternyata tidak seratus persen benar sebab ternyata hemisfer kanan pun dapat dilatih untuk tugas-tugas kebahasaan.
2.8.  Pemberbahasaan Hewan
Mengerti bahasa dan dapat berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Hewan-hewan yang dilatih, seperti dalam sirkus, memang mengerti bahasa karena dia dapat melakukan perbuatan yang diperintahkan kepadanya. Namun kemengertiannya itu sebenarnya bukanlah karena dia mengerti bahasa, melainkan sebagai hasil dari respon-respon yang dikondisikan.
Meskipun demikian banyak pakar yang telah mencoba mengajarkan bahasa manusia pada hewan primate, yakni simpanse. Di antara pakar itu adalah sebagai berikut.
a)    Keith J. Hayes dan Catherine Hayes
Keith dan Catherine adalah sepasang suami istri yang memelihara seokor simpanse betina yang diberi nama Viki.kedua pasangan suami istri itu berharap Viki dapat menirukan kata-kata manusia yang didengarnya dan dapat menggunakannya dengan benar dalam keluarga tempat dia dibesarkan. Pada akhirnya memang Viki dapat mempelajari posisi bibir dan mulut dengan dibantu kedua tangannya untuk menghasilkan kata-kata yang diminta oleh kedua orang tua angkatnya. Namun, meskipun Viki dapat mengucapkan kata-kata itu, belum berarti dia dapat memahami makna kata-kata itu.
Hasil eksperimen itu ternyata kurang menggembirakan. Setelah enam tahun berlangsung Viki memang dapat mengucapkan kata-kata itu. Akan tetapi ternyata Viki hanya mau menirukan kata-kata itu setelah pelatih mengucapkannya, dan hanya kalau dia diberi hadiah berupa makanan atau minuman setelah itu.
b)   R. Allen Gardner dan Beatrice T. Gardner
Sama halnya dengan Hayes, Allen Gardner dan Beatrice Gardner adalah sepasang suami istri yang mencoba mengajarkan bahasa pada simpanse betina bernama Washoe. Berdasarkan pengamatan terhadap Viki yang tidak dapat mengucapkan kata-kata, Allen dan istrinya mendapatkan gagasan untuk tidak mengajar Washoe dengan bunyi suara, melainkan dengan bahasa isyarat Amerika yang digunakan oleh para tunarungu di Amerika.
Di samping itu mereka juga memotivasi Washoe untuk mempelajari bahasa isyarat itu dengan cara menunjukan posisi tangan secara berulang-ulang, dengan cara memperbaiki posisi tangan Washoe pada waktu membuat isyarat. Hasilnya? Setelah dua tahun belajar Washoe telah dapat menggunakan 34 buah kata secara benar dalam situasi yang tepat, misalnya dia membuat isyarat anjing ketika dia melihat gambar anjing atau ketika mendengar suara anjing(tanpa melihat anjing).
Dibanding dengan anak manusia, kepandaian Washoe memang belum apa-apa. Pada usia lima tahun anak manusia telah menguasai beratus-ratus kata serta telah dapat membuat kalimat yang lebih kompleks. Namun demikian, Washoe tercatat dalam sejarah sebagai simpanse yang dapat berkomunikasi dengan kata-kata dalam bahasa isyarat bukan lisan.   
c)    David Premack dan Ann Premack
David dan Ann adalah sepasang suami istri yang coba mengajarkan bahasa manusia pada beberapa simpanse, salah seekor diantaranya bernama Sarah, seekor simpanse betina. Sarah diajarkan untuk menguasai bahasa buatan yang disusun dari lempengan-lempengan plastic. Bentuk maupun warna lempengan itu tidak berhubungan dengan maknanya. Misalnya, untuk apel lempengan itu berbentuk segitiga berwarna biru dan konsep sama berbentuk lempengan bergerigi berwarna orange.
Proses pembelajaran berlangsung sebagai berikut. Sarah dan pengajarnya duduk di bangku secara terpisah. Sarah di tempatkan dalam kandang dan pengajarnya duduk di ujung bangku itu. Untuk mengajarkan nama makanan, misalnya, pengajar akan menukar makanan itu dengan lempengan plastic yang sesuai. Umpamanya, dalam mengajarkan konsep apel pengajar meletakan sepotong apel di atas meja dalam jarak yang tidak dijangkau Sarah. Kemudian pengajar meletakan lempengan plastic segitiga biru dalam jangkauan Sarah, dan pengajar tidak akan memberikan apel apabila Sarah tidak meletakan segitiga biru itu pada sebuah papan bahasa yang ada di depannya.
Setelah menguasai sebuah kata (dalam bentuk lempengan plasti), tahap berikutnya Sarah diajarkan mengurutkan dua buah kata, misalnya, beri apel. Bila Sarah dapat membuat urutan seperti itu dia akan diberi apel, tetapi bila salah misalnya menjadi apel beri, dia tidak akan diberi apel.
Maka tampak bahwa simpanse, binatang primata yang katanya tingkat kognisinya hanya satu jenjang di bawah manusia, tetap tidak dapat menguasai bahasa manusia kalau bahasa itu kita sepakati sebagai alat komunikasi verbal berupa system bunyi yang arbitrer. Viki, simpanse yang dilatih oleh pasangan suami istri Hayes, memang bisa mengucapkan beberap kata tertentu, tetapi dia hanya bisa mengucapkan apabila terlebih dahulu diucapkan oleh pelatihnya dan apabila diberi hadiah. Begitu juga yang dilakukan Washoe, Sarah, Lana, Nim Chimsky, tanpa upah mereka tidak mau melakukan apa-apa.
Tentang mengajarkan bahasa manusia pada simpanse ini memang telah menimbulkan pendapat yang controversial. Namun, kiranya perbedaan kodrat otak mereka dengan otak manusia, yang menyebabkan mereka tidak mungkin menguasai bahasa manusia.



















  BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Otak adalah salah satu komponen dalam sistem susunan saraf manusia perbedaan otak manusia dan makhluk lain bukan hanya terletak pada beratnya saja, melainkan juga pada struktur dan fungsinya. Berikut hal-hal mengenai otak manusia dan binatang.  Hemisfer kiri yang terutama mempunyai arti penting bagi bicara bahasa, juga berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal. Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu, isyarat, baik yang emosional maupun verbal.
Ujaran didengar dan dipahami melalui daerah Wernicke pada hemisfer kiri; lalu isyarat ujaran itu dipindahkan ke daerah Broce untuk menghasilkan balasan ujaran itu. Berdasarkan teori hemisfer yang bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan pemahanan dan produksi bahasa alamiah. Ekspermen yang pernah dilakukan untuk mendukung teori tersebut, yaitu;a. Tes mnyimak rangkap, b. Tes stimulus elektrik, c. Tes grafik kegiatan elektris, d. Tes wada, e. Teknik fisiologi langsung teknik belah-dua otak.
Teori ini lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpandapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan daerah Wernicke. Ada beberapa cara untuk menunjukkan teori ini, yaitu;a.) Teknik stimulus elektrik, b.) Teknik perbedaaan anatomi otak. c.) Cara melihat otak dengan PET (Positron Emission Tomography)
Menurut Yule (1985) fungsi bahasa bagian tertentu pada satu daerah otak yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh penggantinya di bagian otak yang lain. Sedangkan menurut Whitaker (1977) menyatakan kandungan dalam otak yang menyususn perilaku manusia melibatkan keterkaitan beberapa wilayah otak. Dan Krashen (1977) menyatakan bahwa meskipun terdapat keunggulan pada hemisfer kiri, tetapi tidak semua aspek bahasa dibatasi pada hemisfer kiri itu.
.   
3.2.Saran
Tak ada gading yang tak retak, seperti inilah cerminan makalah kami. Karena usaha kami dalam menyusun makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, maka dari itu, kami memohon saran dan kritik membangun agar pada penyusunan makalah yang selanjutnya kami dapat membenahi kesalahan pada makalah kami yang selanjutnya.

























DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul (2003) Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rhineka Putra
http://wikipedia.com2013/06/struktur otakmanusia/, diunduh pad 5 juni 2015, pukul 15.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar