LINGUISTIK
UMUM
(STATISTIK)
Di susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Linguistik Umum
dosen pengampu :
DR.Hj. Diah Werdiningsih,M.pd
Oleh
:
M. Fadlulloh Ar Rozaq
(2130710005)
Marfuatun (2130710003)
Nurbaeti (2130710009)
Zukhrufa Nur Ahyani (2130710019)
Riski auliana ( 2130710031)
PENDIDIKAN BAHASA dan SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
NOPEMBER 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sintaksis
berasal dari bahasa Yunani yaitu “sun” dan “tattein” yang memiliki arti
mengatur bersama sama, adalah bagian dari tatabahasa yangmempelajari dasar
dasar dan proses prsoes dan pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.Strykerdan
Tarigan (1989;21) mengatakan bahwa syntax
in the study of thepatterns by which words are combined to make sentences
(sintaksis telaah mengenai pola pola yang diperlukan sebagai sarana untuk
menghubung hubungkan kata menjadi kalimat). Sintaksis sendiri adalah cabang
ilmu linguistik yang mana kajiannya begitu luas dan dalam, oleh sebab itu
sintaksis sendiri dijadikan sebagai kajian materi atau kuliah utama di berbagai
perguruan tinggi negri yang memiliki fakultas senibudaya dan bahasa baik di
lingkup nasional maupun perguruan tinggi internasional.
B. Metodologi
Kajian
pustaka yang kami gunakan untuk mendukung refrensi pada makalah kami adalah
hanya bersumber pada dua buku yang relevan, saah satunya adalah karangan Bapak
Hasan Busri (Dosen Unisma sendiri). Didalam buku tersebut materi yang
disampaikan sangat lengkap,dibandingkan dengan buku buku yang lain, sehingga
kami hanya berkutat dan terfokus pada buku tersebut juga sebagai pelengkap kami
ambilkan dari buku karangan bapak Abdul Chaer. di dalam makalah kami ini, kami
mecoba menstrukturkan materi dari yang paling dasar dengan pembahasan yang
sangat mendetail. Juga pada pembahasan utama kami juga mencantumkan berbagai contoh
untuk memudahkan dalam pemahaman makalah kami.
C. Rumusan Masalah
·
Pengertian sintaksis
·
Hakikat sintaksis
·
Struktur sintaksis
·
Unsur bawahan langsung
·
Kata sebagai satuan sintaksis
·
Kaidah rakursif
·
Konstruksi frase
Ø Hakikat
frase
Ø Jenis
frase
ü Frase
nomina
ü Frase
verba
ü Frase
adjektiva
ü Frase
numeralia
ü Frase
preposisi
ü Frase
konjungsi
·
Konstruksi kalimat
Ø Hakikat
kalimat
Ø Pengenalan
kalimat
·
Ciri ciri fungsi (sintaksis)
kalimat
Ø Subjek
Ø Predikat
Ø Objek
Ø Pelengkap
Ø Keterangan
·
Macam macam kalimat
Ø Kalimat
dasar dan perubahannya
Ø Kalimat
aktifdan pasif
ü Kalimat
aktif
ü Kalimat
pasif
Ø Kalimat
berita
Ø Kalimat
perintah
Ø Kalimat
tanya
Ø Kalimat
seru
Ø Kalimat
empatik
Ø Kalimat
mayor
Ø Kalimat
tunggal
Ø Kalimat
majemuk
BAB II
SINTAKSIS
1. Pengertian Sintaksis
Sintaksis adalah bagian cabang
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa
(Ramlan,1981;17)
Sintaksis adalah tatabahasa yang
membahas hubungan antara kata dalam ukuran (Verhar,2008;161)
Sintaksis adalah ilmu yang
mempelajari prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat bahasa alam
(http//wikipedia.com)
Sintaksis adalah pengaturan dan
hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar
(KUBI,2001;1072)
Sintaksis berasal dari bahasa
Yunani yaitu “sun” dan “tattein” yang memiliki arti mengatur bersama sama,
adalah bagian dari tatabahasa yangmempelajari dasar dasar dan proses prsoes dan
pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
Strykerdan Tarigan (1989;21)
mengatakan bahwa syntax in the study of
thepatterns by which words are combined to make sentences (sintaksisi
telaah mengenai pola pola yang diperlukan sebagai sarana untuk menghubung hubungkan
kata menjadi kalimat).
Muliono (1988;101) menegaskan
bahwa sintaksis studi kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar
frasa dan kalimat. Batasan ini mengemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam
sintaksis adalah frasa dan kalimat dengan kata sebagai satuan dasarnya.
Sintaksis adalah bagian cabang
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. (
Ramlan1981 :17)
Sintaksis adalah tatabahasa yang
membahas hubungan antar kata dalam tuturan ( verhaar, 2008 : 161)
Sintaksis adalah ilmu yang
mempelajari prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat bahasa alam.
Sintaksis adalah pengaturan dan
hubungan kata dengan kata atau dengansatuan lain yang lebih besar ( Kubi, 2001
: 1072)
1. Hakikat Sintaksis
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan pejelasan batasan sintaksis, yang
masing-masing memiliki persamaan dan perbedaan baik cakupan maupun redaksinya.
Sehubungan dengen hal itu untuk memberikan pemahaman yang memadai tentang
sintaksis, barikut ini akan dikemukakan beberapa batasan sistaksis yang
dikemukakan para ahi bahasa. Ramlan (1789:21) megatakan bahwa sintaksis adalah
bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat klausa, dan frasa.
Stryker dan tarigan (1989:21) mengatakan bahwa syntax in the studi of
the patterns by which words are combined to make sentences (sintaksis
telaah mengenai pola-pola yang diperlukan sebagai sarana untuk
menghubung-huubungkan kata menjad kalimat). Selanjutnya Muliono (1988:101) menegaskan bahwa sistaksis studi
kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar; frasa dan kalimat.
Batasan ini
mengemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis adalah frasa dan
kalimat dengan kata sebagai satuan dasarnya.bidang sintaksis (Inggris, syntax)
menyeidiki hubungan semua kelompok kata atau antar frasa-frasa dalam
satuan-satuan sintaksis itu. Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di
luar kata, tetapi di dalam satuan yang
disebut kalimat (Verhaar, 1981:70).
Bergayut dari batasan-batasan yang dikemukakan para ahli bahasa tersebut
dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang
membicarakan tentang kaidah pengabungan kata menjadi satuan gramatik yang lebih
besar yang disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem suprasegmental
(intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan pembicara sebagai
dasarnya.
2. Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat
(P), objek (O), dan keterangan (K). Menurut Verhaar (1978) fungsi fungsi sintaksis
yang terdiri dari unsur- unsur S,P,O dan K
itu merupakan “kotak-kotak kosong”
atau “ tempat-tempat kosong”
Yang tidak mempunyai arti apa-apa
karena kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa
kategori dan memiliki peranan tertentu.
Kita ambil contoh kalimat:
Nenek melirik kakek tadi pagi
Tempat kosong yang
bernama subjek diisi oleh kata nenek
yang berkategori nomina, tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik yang berkategori verba,tempat
kosong yang bernama objek diisi oleh kata kakek
yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi
oleh frase tadi pagi yang berkategori nomina.
Pengisi fungsi-fungsi itu yang berupa kategori
sintaksis mempunyai peran-peran sintaksis. Kata nenek pada contoh diatas
memilikiperan ‘pelaku’atau ‘agentif’,melirik memiliki peran ‘aktif’, kakek
memiliki peran ‘sasaran’,dan tadi pagi memiliki peran ‘waktu’. Bagaimana kalau
kalimat Nenek memiliki kakek tadi pagi itu dipasifkan dan menjadi Kakek dilirik
nenek tadi pagi apakah peran perannya tetap mengisi fungsi objek, sekarang
mengisi subjek dan peranm tetap ‘sasaran’ verba pasif dilirik sebagai ubahan
dari verba aktif melirik sekarang berperan’pasif’ nenek yang semula mengisi
fungsi subjek sekarang mengisi fungsi objek dengan peran tetap ‘pelaku’ dan
frase tadi pagi tetap mengisi fungsi keterangan dengan peran yang tetap juga,
yaitu peran ‘waktu’. Kalau dibandingkan hubungan antara fungsi, kategori, dan
peran sintaksisitu adalah menjdi sebagai berikut (diangkat dari verhaar,1978).
3.
Unsur
Bawahan Langsung
Unsur bawahan langsung adalah unsur suatu kontruksi yang secara langsung
(tidak melewati tataran lain) membentuk suatu kontruksi yang lebih besar. Dalam
bahasa Indonesia, istilah berfrasa unsur bawahan langsung itu lazim pula
disebut dengan unsur langsung (immediate constituent). Analisis
kontruksi yang menggunakan unsur bawaha langsung bertujuan menjelaskan
tataurut/hirarki proses pmbentuknya frasa, klausa, sampai terbentuknya kalimat.
Teknis analisis berdasarkan unsur bawahan langsung dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu (1) dengan mengunakan garis miring (/) dan (2) dengan menggunakan
garis tegak dan garis datar atau balok.
Analisis unsur bawahan langsung
dapat pula menggunakan garis tegak dan garsi datar atau blok, seperti tanpak
pada kontruksi,
(5) Saya mengajar di kelas
Contoh analisisnya seperti berikut.
Saya
|
Mengajar
|
di
|
Kelas
|
Saya
|
Mengajar
|
di
|
Kelas
|
Saya
|
Mengajar
|
di
|
Kelas
|
Saya
|
Mengajar
|
di
|
Kelas
|
Tambahan transformasi memberikan penggambaran yang lain
dalam analisis bahasa. Dalam tatabahasa transformasi digunakan diagram pohon
dalam analisis frasa, klausa, ataupun kalimat kmudian dirumuskan pula kaidah
rekursifnya dan didaftarkan leksikokn anggotannya. Contoh analisisnya
sebagaimana kontruksi berikut.
(6) Adik berenang di sungai
Diagram pohon


![]() |


Pr N2
![]() |
![]() |
Adik berenang d i sungai
4. Kata Sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi kata
merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem); tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan
terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis
yang lebih besar,yaitu frase. Sebagai satuan morfologi kata sudah dibicarakan sebagai satuan
terkecil dalam sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk
satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase, klause, dan kalimat. Sebagai satuan
terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis,
sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan
satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Dalam pembicaraan kata sebagai
pengisi satuan sintaksis, pertama-tama harus kita bedakan dulu adanya dua macam
kata, yaitu yang disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword).
Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai
kemungkinan untuk mengalami morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat bersendiri
sebagai sebuah satuan tuturan. Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata
yang secara leksikal tidak mempunyai makna,tidak memiliki prose3s morfologi,
merupakan kelastertutup, dan didalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.
Yang merupakan kata penuh adalah
kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, ajektifa, adverbia, dan
numeralia. Sedangkan yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori
preposisi dan konjungsi. Bandingkan dengan kata dan dan meskipun yang
memang tidak mempunyai leksikal, tetapi mempunyai tugas sintaksis: dan untuk menggabungkan menambah dua
buah konstituen, dan meskipun untuk
menggabungkan menyatakan penegasan. Sebagai kata penuh kata-kata yang berkategori
nomina,verba,dan ajektifa memiliki makna leksikal masing-masing, misalnya kata kucing dan mesjid, memiliki maknasejenis’binatang buas’ dan ‘tempat ibadah
orang islam’. Bandingkan dengan kata dan
dan meskipun yang tidak mempunyai
makna leksikal, tetapi mepunyai tugas sintaksis: dan untuk menggabungkan
menambah dua buah konstituen, dan meskikpun untuk
menggabungkan menyatakan penegasan.sebagai kata penuh kata kata yang
berkategori nomina, verba,dan adjektifa dapat mengalami proses morfologi,
seperti kata kucing yang dapat diberi
prefiks ber- sehingga menjadi berkucing, atau dapat diberiprefiks ber-disertai pengulangan, dan diberi
sufiks –an, sehingga menjadi berkucing-kucingan.bandingkan dengan
kata dan yang tidak bisa menjadi *berdan atau *mendankan.
5.
Kaidah Rakursif




Daftar Leksikon Keterangan
N1 = Saya N
= Nomina (kata benda)
N2 = Kelas V
= Verba (kata kerja)
V = berenang Pr = Preposisi (kata depan)
Pr. = di
6.
KONTRUKSI
FRASA
7.1. Hakikat frase
Dalam sejarah
studi linguistik istilah frase banyak digunakan dengan pengertian yang berbeda
beda. Disini istilah frase tersebut digunakan sebagai satuan sintaksis yang
satu tingkat berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada diatas
satuan kata.
Sehubungan dengan hal itu, sebagian besar ahli bahasa merumuskan pengertian
frasa (1) frasa diartikan sebagai suatu fungsi dan (2) frasa diartikan sebagai
suatu bentuk. Sebagai suatu fungsi frasa merupakan stuan sintaksis
terkecil yang merupakan pemadu kalimat. Jadi, frasa dapat terjadi atas sebuah
kata, atau terdiri atas pembentukan, atau terdiri atas campuran kata dan
bentukan-bentukan (Samsuri, 1985:93).
Sebagai suatu bentuk, frasa merupakan satuan gramatik yang berupa gabungan
kata yang bersifat nonpredikat. Bersifat nonredikat maksudnya hubungan
kata-kata yang membentuk suatu frasa tidak menyebabka fungsi subjek dan
predikat dalam fungsi tersebut (Kridalaksana dalam Oscar, 1993:162).
Selanjutnya Ramlan (1987:121) mengemukakan bahwa frasa adalah satuan gramatik
yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampai batas fungsi.
Istilah
frasa dalam bahasa Indonesia sering disamakan dengan istilah kelompok
kata. Dengan pernyataan tersebut terimplikasi makna, bahwa frasa itu
selalu terdiri ats dua kata atau lebih. Kenyataannya tidak selalu demikian.
Perhatikan kalimat beikut.
(2-1) Si Hasan mencintai Lidia
Dalam
kalimat tersebut terdapat dua frasa Si Hasan dan mencintai
Lidia, yang masing-masing terdiri dari dua kata dan dua kata, tetapi,
kalimat
(2-2) Hasan mencintai Lidia
Terdiri dari
dua frasa Hasan dan mencintai Lidia. Frasa pertama
terdiri dari satu kata dan frasa kedua terdiri atas dua kata. Berdasarkan
kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa frasa adalah kontruksi sintakasis yang
terdir dari dua kata atau lebih. Jadi, Hasan pada kalimat terakhir itu
merupakan frasa (dalam kalimat itu) karena secara potensial dapat diperluas
dengan kata sandang Si atau dengan penjelas yang ramah itu,dan
seterusnya.
a. Jenis Frase
Frasa dapat diklasifikasikan
menjadi dua kriteria, yaitu (1) berdasarkan kemampuuan inti frasa dalam
mewakili seluruh frasa dan (2) berdasarkan jenis kata yang menjadi unsur inti
frasa. Berdasarkan kemampua inti frasa dalam mewakili seluruh frasa, frasa
dibedakan mejadi dua kategori, yaitu frasa endosentris dan frasa
eksosentris. Frasa endosentris adalah frasa yang intinya dapat mewakili
seluruh frasa. Contoh frasa tersebut adalah sebagai berikut.
(*) Adik saya yang nomor lima mengajar di
SMA
Berdasarka jumlah inti frasa, frasa
endoentris dibedakan atas, (1) frasa endosentris koordinatif, (2) frasa endosentris atributif, dan (3)
frasa endosentris atributif. Frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang
intinya mempunyai inti yang berbeda-beda atau dengan kata lain frasa yang
unsur-unsurnya memiliki kedudukan setara, seperti contoh berikut ini.
(*) Anak kecil itu pandai menyanyi dan menari
Frasa endosentris atributif adalah frasa yang
mengandung satu inti frasa atau frasa yang memiiki anggota yang kedudukannya
tidak sama, karena dalam frasa itu ada yang memiliki inti dan ada yang
menduduki penjelas. Contoh frasa atributif sebagai berikut ini.
(* ) Banyak buku baru di toko itu.
Frasa endosentris apositif
sebenarnya mirip dengan frasa atributuf. Kekhasannya frasa ini memiliki anggota yang dapat saling menggantikan
seluruh frasa. Biasanya unsur-unsur frsa ini tidak dapat dihubungkan dengan
kata sambung dan atau atau dan selera semantis unsur yang satu dengan yang
lainnya. Frasa endosentris atributif pada umumnya bersifat nominal. Contoh
frasa ini sebagai berikut.
(*) Semeru, gunung yang tertinggi di pulau
jawa, akan meletus.
Berbeda dengan frasa endosentris frasa eksosentris
adalah frasa yang anggota-anggotannya, baik inti maupun penjelasnya tidak mampu
mewakili seluruh inti frasa. Contoh frasa eksosentris tersebut adalah sebagai
berikut:
(*) di rumah Zainal ada acara perkawinan.
Berdasarkan jenis kata yang menjadi unsur intinya,
frasa dibedakan atas (1) frasa nomina (FN), (2) frasa verba (FB), (3) frasa
adjektifa (Faj), (4) frasa numeralia (FNum), (5) (frasa freposisi) (Fpref), (6)
frasa konjungsi (Fkonj), dan lain-lain.
(1)
Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang memiliki
distribusi yang sama dengan kata nomina. Dalam bahasa Indonesia terdapat pemadu
yang berupa frsa nomina, seperti pertanyaan-pertanyaan siapa dan/atau
apa akan memperoleh jawabah yang pada pokoknya berbetuk frasa
nomina. Misalnya, siapa/apa (penjelas)?, akan jawab dengan kalimat-kalimat; Hasan!;
anak itu!; petan!; malan1; beberapa!; pemuda!; Dokter mata!; kalung itu!; dan
sebagainya.
Berdasarkan keterangan di atas, frasa
nomina terdir atas hal-hal berikut (1) Nomina, yaitu kata-kata yang menunjukkan
pengertian tentang orang, hewan, dan barang atau hal0hal yang abstrak, seperti dokter, guru, kucing, hamau, kursi, batu, sawah,
dedmokrasi, dan pancasila; (2) Promonin, yaitu kata-kata yang
menunjukkan pengertian orang pertama, orang kedua, orang ketiga, seperti aku,kami,
kita, anda, engkau, kamu, kalian, dia, dan sebaginya; (3) Nama, baik
baik bagi orang, hewan, maupun barang, atau hal, termasuk nama giografi seperti
Wati, Badu, Citra, Faisal, Manis, Opak, Oma, Madura, Rembang, Barito, dan
sebaginya; (4) Bentukan nomina, yang terdiri atas gabungan antara nominal,
pronominal, atau nama dengan salah satu kata sarana, seperti kucing itu,
beberapa ekor harimau, sebuah rumah, aku ini, mereka itu, Hasan itu, atau
gabungan antra nomina dengan nama, seperti kota Malang, sungai Barit,
Dokter Tabrani, dan sebagainya; atau atas bentukan nomina yang lain,
seperti dokter mata, pohon palem, alas meja, dan sebagainya.
Frasa nomina adalah frasa yang keangotaannya dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
(1) Nomina + Nomina
(*) dia
mahasiswa
(2) Nomina + Verba
(*) orang
bertanya
(3) Nomina + Adjektiva
(*) gadis
cantik
(4) Nomeralia + Nomina atau Nomeralia +
Nomina
(*) sepuluh tentara berani mati
(5) Nomina + Frasa Preposisi
(*) pendatang dari Malang
(6) Nomina + Frasa Konjungsi
(*) pemuda yang tampan
(2)
Frasa Verba
Frasa verba adala
frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verba. Dalam bahsa
Indonensia terdapat kegiatan yang menyatakan suatu suatu kegiatan orang. Pada umumnya kata-kata yang
menyatakan kegiatan dapat dinyatakan dengan kalimat tanya:
(pokok) sedang apa?
Jawaban terhadap pertanyaan pokok,
sebagaimana disebutkan di atas, pad aumumnya berbentuk seperti: (sedang) tidur,
(sedang) membaca koran, (sedang) membeli mangga (sedang) berlari,
(sedang) makan, dan sebaginya. Jawaban-jawaban pokok yang ada
kalanya memiliki kemiripan dengan frasa adjektiva, seperti (sedang) sibuk
sekali, (sedang) sangat takut. Namun dengan demikian, kemiripan
antara frasa verba dan adjektiva ini memiliki perbedaan dan distribusinya.
Frasa verba, dengan ini verba merupakan
frasa yang keanggotannya dapat dirumuska sebagai berikut.
(1) Verba + Nomina
(-) membaca buku
(2) Verba + Verba
(-) belajar membaca
(3) Verba + Adjektiva
(-) bersepeda santai
(4) Verba + Preposisi
(-) bekerja di Surabaya
(5) Verba + Frasa Konjungsi
(-) makan dengan lahapnya
(6) Aspek + Verba
(-) akan pergi
(7) Modal + Verba
(-) mungkin pulang
(3)
Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva
adalah frasa yang memiliki distriusi sama dengan kataadjektiva. Unsur-unsur
frasa adjektiva adalah adjektiva sebagai intinya dan dengan adjektiva/frasa
adjektiva, adverbia/frasa adjektiva, dan nomina sebagai atributnya. Frasa
adjektiva memiliki kemungkinan keanggotaan sebagai berikut.
(1) Sarana Pembanding +
adjektiva
(-) agak lumayan
(2) Sarana superlatif +
Adjektiva
(-) paling pandai
(3) Aspek
+ Adjektiva
(-) sudah kaya
(4) Modal + Adjektiva
(-) agak panjang
(4)
Frasa Numeralia
Frasa numeralia
ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengankata bilangan. Dalam
bahsa Indonesia terdapat dua macam penggolongan kata/frasa numeralis, yaitu
yang bersifat alami dan yang bersifat suatu ukuran. Penggolongan secara alami
tiggal tiga macam saja, yaitu orang, ekor, dan buah, yang
masing-masing untuk manusia, hewan, dan benda. Penggolongan yang bersifat suatu
ukuran, yaitu depa, keranjang, pikul, kaleng, bungkus, dan sebagainya.
Perhatikan contoh berikut ini.
(-) tiga depa tali
(5)
Frasa Preposisi
Frasa preposisi ialah ialah frasa yang
terdir dari kata preposisi sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frasa
sebagai aksinya. Perhatikan
contoh erikut ini.
(-) di dalam peti itu
(6)
Frasa Konjungsi
Frasa yang didahului kata konjungsi.
Frasa konjungsi memiliki kemungkinan keangotaan sebagai berikut.
(1) Konjungsi + Nomina
(-) dengan uang
(2) Konjungsi + Verba
(-) agar berhasil
(3) Konjungsi + Adjektiva
(-) dengan cepat
8. KONTRUKSI
KALIMAT
8.1. Hakaikat Kalimat
Batasan
mengenai kalimat telah banyak telah banyak dikemukakan oleh para ahi bahasa.
Sehubugan dengan itu, dala buku ini tidak akan disampaikan batasan tang
dikemukakan oleh para ahli bahasa tersebut. Dalam buku ini hanya kan
menyampaikan simpulan batasa yang pernah dikemukakan oleh para ahli bahasa.
Ssimutal batasan kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
Kalimat
adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran
yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan
titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai da diikuti oleh
kesenyapan yang memustahilakan adanya perpaduan atau assimilasi bunyi. Dalam
wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru; da sementara itu disertai
pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma,
titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk
tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya, (?) dan tanda seru (!), sepadan dengan
intonasi selesai, sedangkan tanda baca hanya sepadan dengan jeda. Adapaun
kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong setelah tanda titik, tanda tanya,
dan tanda perintah, atau ruang kosong sebelum huuruf kapital permulaan. Alunan
titinada pada kebanyakan hal tidak ada padanannya dala bentuk tertulis.
Di
pandang dari sudut logika, kalmat dideefinisikan sebagai ujaran yang berisikan
pikiran secara lengkap yang tersusun dari subjek dan predikat, dengan
pengertian subjek adalah tentang apa sesuatu dikatakan dan predikat
adalah apa yang dikatakan tentang subjek. Yang perlu
diperhatikan ialah bahwa istilah subjek dan predikat
itu mengacu kepada fungsi, tidak kepada jenis kata.
Berdasarkan
kenyataan bahwa dalam pelaksanaan bahasa (parole) tidak semua
unur dari sistem (langue)
bahsa direalisasikan, maka sebagai dasar penetapan bentuk kebahasaan yang mana
dapat dianggap sebagai kalimat, kita gunakan saja struktur bahasa
atau sistem batinnya bahasa. Kerena itu kalimat
pada hakikatnya berupa proposisi, sehingga dalam kaimat dasar, mestinya
mempunyai kata atau frasa yang berfungsi sebagai subjek dan kata atau frasa
yang berfungsi sebagai predikat. Dalam bahasa Indonesia pola kalimat dasar itu
adalah seuah subjek diikuti oleh sebuah predikat.
Baik fungsi subjek atau fugsi predikat dapat diduduki oleh kata tunggal atau
frasa.
5.4.2 Pengenalan Kalimat
Apakah
sebuah ujaran (lisan ataupun tulisan) merupaka kaimat atau bukan? Persyaratan
pokok yang perlu diperhatikan adalah (1) unsur predikat dan (2) permutasi
(perubaha urutan) unsur kalimat. Kedua dasar itu dapat dijadikan sebagai alat
pengenalan apakan suatu ujaran dapat dikatakan sebagai kalimat.
Setiap
klaimat da;am unsur lahirnya sekurang-kurangnya memiliki presikat. Dengan kata
lain, jika suatu ujaran memiliki presikat, ujaran tersebut disebut kalimat,
sedangkan untaian kata yang tidak memilikii predikat disebut sebagai frasa.
Untuk menentukan predikat suatau kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah
ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu, misalnya dalam contoh berikut.
(3-1)
Siswa itu membaca
(3-2)
Siswa itu menulis surat.
Pada
contoh tersebut ada verba (1) membaca dan (2) menulis. Apakah
verba itu merupakan predikat? Untuk itu perlu dilakukan permutasi. Apakah ada
perubahan onformasi setelah dilakukan permutas kalimat itu, seperti berikut
ini.
(*) Membaca
// siswa itu.
Peubahan
tersebut juga disertai perubahan intonasi (lagu kalimat). Dala contoh tanda garis
miring (//) menandakan batasa satu unit, yaitu unsur yang dicalonkan sebagai
predikat dan unsur yang dicalaonkan sebagai subjek. Prhatikan contoh berikut.
(*) Siswa
itu membaca
Bandingkan:
(*) Membaca
// siswa itu.
Ternyata
dengan adanya permutasi tersebut tidak mengubah informasi dasar, sehingga
adanya kalimat. Perhatikan
contoh berikut ini.
(*) Siswa
yang membaca itu --- (*)
Yang membaca itu // siswa. Contoh (*) jika dipisahkan unsurnya menjadi siswa yang
membaca itu serta dipermutasikan menjadi yang belajar itu
// anak, tanpaknya tidak ada perbedaan makna. Contoh tanpaknya tidak dapat dipisahkan seperti
itu
(*) Siswa yang
belajar itu (menangis)
Jika dalam
suatu ujaran tidak ditemukan verba, tetapi ada nomina, adjektiva, preposisi,
maka nomina, adjektiva, preposisi tersebut dapat menduduki predikat, seperti
contoh berikut ini.
(*)
Kuda itu binatang
Demikian
pula verba, sebagaimana nomina dapat menduduki subjek jika
disertai kata itu, seperti contoh berikut.
(*) Menolong
itu perbuatan baik.
Kata
penanda ialah, adalah dan merupakan juga dapat
digunakan sebagai penanda suatu kalimat. Dengan kata lain, suatu perkataan yang
di dalamnya terdapat satu dari ketika kata itu menunjukkan bahwa pernyataan itu
merupakan suatu kalimat, seperti contoh berikut ini.
(*) Neutron adalah
par tikel tanpa muatan listrik.
Kata
adalah banyak digunakan untuk meyataka batasan (definisi),
sedangkan kata ialah lebih banyak membuat nomina (”sesuatu”) di
sebelah kiri (subjek) identik (sama) dengan nomina (”sesuatu”) disebelah kanan
penanda predikat ialah. Dalam kenyataan penanda predikat ialah
dan adalah dapat dipertukarkan. Sedangkan penanda predikat merupakan
kebanyakan digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan nomina
(”sesuatu”) yang berada disebelah kiri penanda predikat merupakan.
Kata
ialah dan adalah tidak dapat dipertukarkan dengan
kata penanda yaitu dan yakni. Kata yatu dan yakni
berfungsi menjadi penghubung antara penjelas (perincian) sesuatu yang telah
disebut terlebih dahulu. Misalnya, penggunaan kata ialah dan adalah pada
kalimat berikut salah, karena bukan penanda predikat.
(*) kita
memiliki jaminan, ialah rumah, mobil, dan tabanas.
Kedua
kalimat itu yang benar adalah
(*) kita
memiliki jaminan, yaitu/yakni rumah, mobil, dan tabanas.
Berdasarkan
uraian kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuat pernyataan
merupakan kalimat jika di dalamnya sekurang-kurangnya terdapat predikat dan
subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak,
bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Jika dituliskan,
kalimat diawali dengan huruf kapital diakhiri dengan titik, tanda seru, dan
tanda tanya. Simpulan ini digunakan berdasarkan kelengkapan unsur gramatikal
kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak
terikat dengan unsur lain dalam penggunaan bahasa.
7.
Ciri-ciri Fungsi (Sintaksis) Kalimat
Dalam
kontruksi kalimat terdapat beberapa unsur fungsi, yaitu: subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Unsur-unsur fungsi tersebut bukan semata-mata untuk menganalisis/menguraikan
kalimat atas dasar unsur-unsurnya itu, tetapi juga untuk mengecek apakah
kalimat yang kita hasilkan memenuhi syarat atau kaidah tatabahasa karena kaimat
yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Berikut ini akan diuraikan
unsur-unsur fungsi kalimat tersebut.
9.1.
Subjek
Subjek
adalah unsur pokok yang terdapat pada suatu kalimat di samping unsur predikat.
Dengan kata lain subjek merupakan elemen atau unsur kalimat yang menjadi pokok
peembicaraan atau dijelaskan predikat. Adapun ciri-ciri subjek tersebut, yaitu
sebagai berikut.
(1)
Jawaban apa dan siapa.
(2)
Disertai kata itu.
(3)
Didahului kata bahwa.
(4)
Mempunyai keterangan pewatas yang.
(5)
Tidak didahului Preposisi (dari, dalam, di, ke, kepada, pada)
(6)
Berupa nomina atau frasa nomina, dan
(7)
Berupa verba atau frasa verba.
Perhatikan
contoh berikut ini.
(*) Diah
telah dinikahkan dengen laki-laki pilihan orang tuannya.
9.2. Predikat
Sebagaimana
dijelaskan pada pembicaraan yang sebelumnya, bahwa predikat merupakan unsur
utama suatu kalimat, di samping subjek. Predikat dalam hal ini dapat dikatakan
unsur atau elemen kalimat yang memberikan penjelasan tentang subjek atau
menrangkan subjek. Adapun ciri-ciri predikat secara terperinci adalah sebagai
berikut.
(1)
Merupakan jawban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Perhatikan
contoh berikut ini.
(*) Faradina menyiram
bunga..
Dalam
kalimat (3-17) menyiram merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa
Faradina dan baik-baik dalam kalimat (3-18) merupakan jawaban mengapa
Albartsani. Demikian juga sedang dibangun dalam kalimat (3-19)
merupakan jawaban atas pernyataan mengapa rumah Pak Hasan.
(*) Rumah Pak
Hasan sedang dibangun.
(2)
berupa kata adalah atau ialah
Perhatikan
contoh berikut ini
(*)
Jumlah pendaftar lulusan SLTA yang akan diterima sebagai calon mahsiswa baru adalah
(3)
Berupa kata frasa verba
Perhatikan
contoh berikut ini
(*) Kucing
Tabrani beranak tiga ekor.
(4)
Berupa kata atau frasa nomina
Perhatikan
contoh berikut ini
(*) Ayahnya Polisi.
(5)
Berupa kata adjektiva atau frasa adjektiva
Perhatikan contoh berikut
ini.
(*) Gadis itu cantik.
(6) Berupa kata numeralia
Perhatikan contoh berikut
ini.
(*) Saudaranya delapan
orang..
(7) Berupa frasa
preposisi
Perhatikan contoh berikut
ini:
(*) Pertemuan itu di
Balai Kelurahan.
(8)
Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Perhatikan
contoh berikut ini.
(*) Pamannya baru
saja berangkat.
(9)
Dapat diingkarkan
Perhatikan
contoh berikut ini.
(*)
Universitas Islam Malang tidak termasuk universitas tertuan di Malang
9.3.
Objek
Objek
adalah unsur atau elemen kalimat penyerta predikat yang tidak berfungsi sebagai
predikat. Objek merupakan kalimat yang dapat diperlawankan dengan subjek. Objek
juga merupakan unsur kalimat yang bersifat wajib dalam susunan kalimat pasif
ataupun dalam susunan kalimat intransitif, berpredikat verba, berawalan ber-,
ke-an. Dengan kata lainn objek hanya terdapat pada kalimat aktif transitif,
yaitu kalilmat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat,
dan objek.
Adapun
ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
(1)
Penyerta predikat
Unsure
objek penyerta predikat, langsung berada di belakang predikat. Sebagaimana
dibicarakan di atas, onjek terdapat dalam struktur kalimat aktif transtif,
yaitu kalimat yang memilikiunsur subjek, predikat, dan objek. Perhatikan contoh
berikut ini.
(*) Truk-truk
itu mengangkut beras.
Kalimat
(*)
mempunyai urutan S-P-O, sedangkan kalimat (*) mempunyai
urutan P-O-S. Berdasarkan contoh di atas, jelas bahwa objek hanya menyertai
predikat atau hanya berada di belakang predikat.
(2)
Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
Sebagaimana
dijelaskan di atas, bahwa objek hanya terdapat dalam kaimat aktif dan dapat
menjadi subjek dalam kalimat pasif. Walaupun objek itu telah menjadi subjek,
perannya tetap sebagai sasaran. Perhatikan contoh berikut ini.
(*)
Albatsani menemukan gelang di pantai.
Kedua
kalimat di atas dapat dipastikan. Perubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif
ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam
kalimat pasif yang disertai denga bentuk dan perubahan bentuk verba
predikatnnya.
(*) Gelang
ditemukan Albartsani di pantai.
(3) Tidak didahului
preposisi
Objek yang selalu
menempati preposisi di belakang predikat itu tidak didahului preposisi. Dengan
kata lain, diantaranya predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Panglima
Sudirman tidak mau menyerah kepada musuh.
Pada
contoh kalimat (*) di
atas, kata musuh bukan objek karena unsur itu didahului oleh preposisi kepada.
Unsur itu menjadi satu kesatuan dengan preposisi kepada sehingga kepada
musuh merupakan frasa preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Demikian
juga, pada contoh kalimat (*) di
antara kata mendapatkan dan hadiah dari sekolahnya tidak bisa
disisipkan preposisi seperti kata pada atau dari atau pada.
Jika disisipikan preposisi, kata hadiah tidak lagi berfungsi sebagai
objek, tetapi sebagai keterangan.
Contoh
berikut ini memperlihatkan deengan jelas bahwa unsur yang didahului preposisi
bukan objek.
(*) Pada zaman
dahulu orang makan dengan tangan.
Berbeda
dengan kata bahwa pada kalimat berikut ini.
(*)
Mahasiswa mengatakan bahwa Pak Hasan hari ini ia tidak dapat datang
Kata
bahwa menjadi penghubung yang berfungsi menominalkan objek yang berupa
kalimat. Pernyataan mulai dari bahwa sampai akhir kalimat itu adalah
objek.
9.4.
Pelengkap
Pelengkap
adalahunsur atau elemen kaimat yang menyertai predikat. Pelengkap dan objek
memiliki kesamaan, yaitu menyertai predikat, perbedaannya terletak pada oposisi
kalimat pasif, pelengkap tidak menjadi subjek dalam kaimat pasif. Jika terdapat
objek dan pelengkap di belakang predikat kalimat aktif, objeklah yang menjadi
subjek dalam kalimat pasif, bukan
pelengkap. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Ibu
membelikan adik baju baru.
Dalam
kedua contoh di atas, baju baru dan buku bahasa Indonesia adalah pelengkap, sedangkan adik dan saya
adalah objek. Kata adik dan saya dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif,
sedangkan frasa baju baru dan bahasa Indonesia tetap pelengkap.
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Adik
dibeikan baju baru oleh ibu.
Pada
contoh berikut iniunsur yang terdapat di belakang predikat berbeda fungsi
meskipun sama wujudnya.
(*) Tabrani
berjualan makanan..
Pada
kalimat (*)
kata makanan berfungsi sebagai pelengkap, sedangkan pada kalimat (*) kata
makanan berfungsi sebagai objek.
Berdasarkan
contoh di atas, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut.
(1)
Penyerta Predikat
Sebagaimana
contoh-contoh di atas, pelengkap terdapat di belakang predikat atau penyerta
predikat. Ciri ini sama dengan ciari objek. Perhatikan
contoh-contoh berikut ini.
(*) Diah
mengirimi saya buku baru.
(2)
Tidak Didahului Preposisi
Sebagaimana
halnya objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Perhatikan contoh berikut
ini.
(*) Kamali
memberikan saya sepatu kulit.
Frasa
sepatu kulit pada kalimat (3-58) dan kata hukum pada kalimat (3-59),
merupakan pelengkap karena tidak didahului preposisi. Sebaliknya, frasa untuk
saya pada kalimat (3-60) dan frasa pada hukum pada kaimat (3-61)
merupakan unsur keterangan karena didahului oleh preposisi.
9.5.
Keterangan
Keterangan
merupkan unsur kalimat yang memberikan informasi leih lanjut tentang sesuatu
yang dinyatakan dalam kalimat, misalnnya memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, tujuan. Keterangan
dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa dapat
ditandai dengan prepsisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada,
terhadap, tentang, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat
disertai dengan tanda peghubung, seperti
ketika, karena, meskipun, supaya, jika dan sehingga.
Berikut ini akan diuraikan ciri-ciri keterangan dan jenis-jenis keterangan.
Berikut ini akan diuraikan beberapa ciri keterangan.
(1) Bukan unsur utama
Bebeda
dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan meruakanunsur atau
elemen tambahan (periferal). Yang hadirnya dalam struktur dasar tidak bersifat wajib.
Karena itu keterangan bukan meruaka unsur utama dalam suatu kalimat. Perhatikan
contoh berikut ini.
(*) Kemarin
Hasan menulis surat kepada Albartsani.
Kata kemarin dan kata Albartsani pada
kalimat (3-58) pada frasa dengan komputer merupakan keterangan. Jika
unsur keterangan tersebut dihilangkan kalimat tersbut masih gamatikal, seperti
pada contoh erikut ini.
(*) Hasan
menulis surat.
(2)
Tidak terikat posisi
Di
dalam kalimat, keteranga merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan
tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimata, di
antara subjek dan predikat. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Sekarang
Faradina sudah kelas 1 SD
Kata
sekarang pada kelimat-kaimat tersebut menempati posisi awal, akhir dan
antara subjek dan predikat.
Berdasarkan
perannya keterangan dibedakan atas (1) keterangan waktu, (2) keterangan tempat,
(3) keterangan cara, (4) keterangan yang menyatakan sikap pembbicara
(modalitas) dan sebagainya.
(1) Keterangan Waktu
Keterangan
waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Kalimat-kalimat yang berisi
keerangan waktu, sebenarnya bermacanm-macam, bergantung pada keeragan waktu
itu. Seperti yang telah di atas, bahwa keterangan waktu dapat menempati posisi
bebas, di awal di tengah, tau di akhir kalimat. Di samping keteranga waktu yang
dapat menduduki posisi sebagaimana diterangkan di atas, ada pula keteranga
waktu yang hanya menjadi penjelas sebuah frasa nomina, baik sebagai subjek
maupun sebagai objek. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Kemarin //
polisi menangkap pencuri.
(2) Keterangan Tempat
Keterangan
tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi di,
pada dan dalam. Preposisi itu selalu mendahului nomina yang
menerangkan tempat. Sebagaimana keterangan waktu, keterangan tempat mempunyai
beberapa fungsi, diantaranya mmberi keterangan pada subjek, objek dan seluruh
keadaan dalam kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Polisi di
Surabaya // menangkap mahasiswa.
(3) Keterangan Cara
keterangan
cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan ini ditandai oleh kata dengan, cara, dan dalam.
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Mereka
belajar dengan alat peraga.
Keterangan
cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva, seperti contoh
berikut ini.
(*) Cepat-cepat
dia pergi.
(4) Keterangan Sebab
keterangan
sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa
ditandai oleh kata karena atau lantara, lantara, yang diikuti
oleh nomina atau frasa nomina seperti contoh berikut ini.
(*) Dia masuk
jurusan bahasa Indonesia karena mendapat beasiswa.
(5) Keterangan Tujuan
keterangan
ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa ditandai oleh
kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa
anak kalimatditandai oleh konjungsi supaya, agar, atau untuk. Perhatikan
contoh berikut ini.
(*) Mereka
bekerja keras demi anak istrinya.
10.
Macam-macam Kalimat
10.1.
Kalimat Dasar dan Perubahannya
Bahasa
yang kita gunakanm baik lisan maupaun tulis, terdiri atas satuan-satuan yang
berisi pernyataan. Satuan tulisan itu dikenal sebagai kalimat. Kaliamat
yang kita gunakan atau yang kita bentuk dapat kita kembalikan ke salah-satu
pola dasar kalimat-kalimat tersebut. Pola kalimat terseut yang kita sebut
kalimat dasar.
Kalimat
dasar tentulah harus mencakup beberapa ketentuan sebagai berikut (1) tataurut
kata-katanya haruslah merupakan urutan yang biasa terdapat pada kalimat-kalimat
netral, (2) intonasinya selalu intonasi yang paling netral, artinya intonasi
yang tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran arti leksikalnya, (3)
mempunyai dua unsur pusat, yaitu unsur pusat yang berfungsi sebagai subjek dan
unsur pusat yang berfungsi sebagai predikat, (4) fung si subjek diduduki oleh
nomina/frasa nomina atau pronomina/frasa pronomina, sedangkan fungsi predikat
diduduki oeh nomina/frasa nomina, verba/frasa verba, adjektiva/frasa adjektiva,
nomeralia/frasa nomeralia, atau frasa preposisi.
Di
samping itu, kalimat dasar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (1) tunggal,
artinya terdiri atas satu klausa bebas, tanpa klausa terikat, bukan kalimat
bersusun/majemuk, (2) sempurna (mayor), bukan kaliamat tak
sempurna (minor), (3) pernyataan, bukan kalimat pertanyaan atau
perinta, (4) aktif, (untuk kalimat verba), bukan kalimat pasif,
dan (5) afirmatif, bukan kalimat negatif (Tarigan, 1984:18).
Berdasarkan
ciri-ciri tersebut, kaliamat dasar bahasa Indonesia memiliki pola sebagai
berikut.
(1)
Berdasarkan Dasar Berpola SPOK
(*) Anak itu
melemparkan batu ke pintu rumah Yasin.
(2) Kaimat
Dasar Berpola SPOPel
(*) Suparno
meminjami saya uang.
(3)
Kalimat Dasar Berpola SPO
(*) Siti
Alwiyah mewakili wanita Indonesia.
(4) Kalimat
Dasar Berpola SPPel
(*) Negara
kita berdasarkan Pancasila.
(5) Kalimat
Dasar Berpola SPK
(*) Gagasan
itu terdapat dalam buku Sastra Baru Indonesi.
Kalimat
Dasar Berpola SP (P:Verba)
(*) Bumi
berputar,
(7) Kalimat
Dasar Berpola SP (P:Nomina)
(*) Dia ilmuan
muslim.
(8) Kalimat
Dasar Berpola SP (P:Adjektiva)
(*) Kancil
itu cerdik
10.2. Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
Kalimat
aktif adalah kalimat dasar, sedangkan kalimat aktif merupakan kalimat ubahan
dari kalimat aktif. Penglihatan kalimat aktif dan pasif dalam kalimat ini
sebenarnya bertolak dari kerangka pemikiran relasi antara subjek dan predikat
yang dilihat dari segi peran apa yang dilakukan oleh subjek dilihat dari segi
peran apa yang dilakukan subjek terhadap perbuatan apa yang dinyatakan pada
predikat.
(1) Kalimat Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan
pada predikat. Oleh karena itu, kalimat aktif ini hanya terdapat pada kalimat
yang mempunyai predikat verba buatan. Dengan kata lain, kalimat aktif hanya
terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif. Kalimat aktif dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu (1) kalimat aktif yang berobjek
(transitif) dan (2) kalimat aktif yang tidak berobjek (intransitif). Perhatikan
contoh berikut ini.
(*) Anak itu memetik
bunga di halaman.
a.
Kalimat Aktif Transitif
Dalam
kalimat aktif transitif, subjek berperan sebagai pelaku perbuatan yang
dinyatakan pada predikat, dan objek menjadi sasarannya. Predikat kalimat aktif
transitif berupa verba aktif (transitif). Verba aktif yang mengisi predikat
pada umumnya ditandai oleh awalan meN-,
seperti kata menulis, membaca, mencatat, memperluas, menjalani, melamar,
dan sebagainya. Verba seperti tersebut, jika digunakan dalam kalimat menuntut
kehadiran subjek sebagai pelaku dan objek sebagai sasaran.
Di
samping berawalan meN-, ada beberapa verba aktif transitif yang tidak berawalan
meN-, seperti contoh berikut ini.
(*) Tohari minum
teh.
b.
Kalimat Aktif Instransitif
Awalam
meN-, di samping menandai kalimat aktif transitif (berobjek), juga menandai
kalimat aktif intransitif (kalimat yang tidak memerlukan kehadiran objek),
misalnya menangis, menyerah, melapor, menari, menyanyi, seperti contoh
berikut ini.
(*) Anak kecil
itu menangis.
Kalimat
aktif transitif, juga ditandai oleh verba yang berawalan ber-, misalnya berjalan,
berolah raga, bertanya, bekerja, dan belajar, seperti pada
contoh-contoh berikut.
(*) Mahasiswa
itu berjalan setiap hari.
Di
samping itu, ada sejumlah verba yang tidak berawalan yang termasuk verba aktif
(intransitif), seperti kembali, datang, masuk, pergi, dan bangkit.
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Guru
teladan itu telah kembali ke kota kelahirannya.
(2) Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya
tidak berperan sebagai pelaku, tetapi berperan sebagai sasaran perbuatan yang
dinyatakan predikatnya. Kalimat pasif merupakan kalimat ubahan dari kalimat
aktif. Hal it dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat kalimat aktif
menjadi subjek pada kalimat pasif. Perubahan itu menyebabkan perubahan bentuk
verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Kalimat-kalimat
tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah
menjadi kalimat transitif. Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai
sasaran, kalimat pasif itu ditandai pula bentuk verba sebagai predikatnya. Di
dalam bahasa Indonesia ada dua macam vera pasif, yaitu (1) verba pasif
berawalan di- dan (2) verba pasif berawalan di-plus pelaku.
Perhatikan contoh berikut ini.
(*) Masalah
harga sedang dibicarakan di Jakarta.
Dalam
kalimat pasif unsur pelaku tidak dapat hadir karena unsur pelaku menjadi unsur
keterangan. Sebaliknya, unsur pelaku dalam kalimat aktif wajib kehadirannya,
karena dalam kalimat aktif unsur pelaku menempati fungsi subjek. Dalam bahasa
ragam ilmu banyak digunakan kalimat pasif, karena dengan menggunakan kalimat
pasif, orang dapat meniadaka unsur pelaku, seperti pada contoh berikut ini.
(*) Dalam
bab ini akan bibicarakan masalah kenakalan remaja.
Kalimat
pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pranomina pesona
(kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga (saya, kita, kami, engkau, kamu,
dia, dan mereka) predikat kaimat pasif tidak berawalan di-, tidak pula
berawalan meN-, verba pengisi predikat kaimat pasif ini adalah verba
yang diperoleh dari verba aktif dengan meninggalkan awalan meN-, sebagai
pengganti awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona,
atau nomina pelaku pada kalimat asal (kalimat aktifnya). Perhatikan contoh
berikut ini.
(*) Lamaran
saya kirimkan ke kantor.
Kalimat-kalimat
iatu berasal dari kalimat aktif berikut ini.
(*) Saya
mengirimkan lamaran ke kantor
Di
samping itu, ada sejumlah kalimat pasif yang ditandai oleh predikat verba pasif
yang berawalan ter-. Kalimat-kalimat yang berpredikat verba berawalan ter-
berikut memperlihatkan bahwa subjek dikenai sasaran perbuatan yang
dinyatakan prdikat dan mempunyai makna tidak disengaja. Perhatikan contoh
berikut ini.
(*) Kaki
saya terinjak orang.
Kalimat pasif dalam
pengertian tidak disengaja, seperti itu juga ditandai oleh kata kena, seperti
dalam contoh berikut.
(*) Mereka
kena tipu orang.
Selain
bercir verba berawalan ter- dan kata kena, kata pasif juga
ditandai oleh verba berimbuhan ke-an. Predikat yang berisi verba jenis
ini juga menunjukkan makna subjek menjadi sasaran. Namun verba jenis ini amat
terbatas jumlahnya, biasanya berhubungan dengan peristiwa alam. Kalimat
tersebut sebagaimana tampak pada contoh berikut ini.
(*) Anak-anak
kehujanan sepanjang jalan.
10.3.
Kalimat Berita
Kalimat
berita yang sering pula dinamakan kalimat deklaratif, adalah kalimat yang isinya untuk menyampaikan
iformasi tanpa mengharapkan responsi tertentu. Ciri-ciri yang dapat membantu
untuk mengenal kalimat berita ini, terutama ialah pola intonasinya, yaitu pola
intonasi yang bernada akhir turun (dalam bahasa lisan) dan tanda titik (.)
(dalam bahasa tulis). Di samping itu, dalam kalimat berita tidak terdapat
kata-kata tanya, seperti apa, siapa, di mana, dan mengapa;
kata-kata ajakan seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, dan
kata larangan jangan (Ramlan, 1981:10).
Kalimat dapat bermacam-macam seperti contoh berikut.
(*)
cita-cita anak itu sangat tinggi.
10.4.
Kalimat Perintah
Kalimat
perintah atau kalimat imperatif, ialah kalimat yang maknanya memberikan
perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah ditandai dengan intonasi
perintah yang dalam tulisan ditandai dengan tanda seru (!), tetapi pengunaan
tanda seru ini tidak diakai jika sipat perintah itu menjadi lemah, demikian
juga kalau predikatnya diikuti deengan partikel –lah. Jika predikatnya
terdiri atas kata kerja intransitif, bentuk kata kerja itu tetap, hanya
partikel –lah dapat ditambahkan pada kata kerja itu, untuk menghaluskan
perintah, sujeknya boleh dibuang boleh tidak. Jika predikatnya terdiri atas
kata kerja transitif, kalimat perintah, selain ditandai oleh pola intonasi
perintah, ditandai pula oleh tidak adanya prefik meN-, pada kata kerja
transitif tersebut. Kalimat perintah yang menggunakan partikel –lah
mengungkapkan perintah yang halus dari ada yang tidak memakainya. Penghalusan
sifat perintah dapat juga dilakukan dengan menggunakan kata-kata seperti coba,
cobalah, silahkan ,harap, sudilah, hendaklah, dan sudi apakah kiranya.
Jika kata-kata itu digunakan dalam kalimat perintah, intonasi yang dipakai
selalu intonasi yang bernada turun.
Kalimat
perintah dapat bersifat negatif. Untuk menigatifkan kalimat perintah, digunakan
kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian depan kalimat. Kalimat
perintah yang bersifat negatif berubah menjadi larangan. Perhatikan contoh
berikut.
(*) Masuklah!
10.5.
Kalimat Tanya
Kalimat
tanya yang disebut juga kalimat interogatif, adalah adalah
kaliimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika seseorang ingin
mengetahui jawaban terhadap sesuatu atau keadaan, maka ia menanyakannya dan
kalimat yang dipakai adalah kalimat tanya.
Ada
lima ccara untuk membentuk kalimat tanya; (1) dengan menanmbahkan kata apa(kah),
(2) dengan membalikka urutan kata, (3) deengan memakai kata bukan atau tidak,
(4) dengan menngubah intonasi kalimat, dan (5) dengan memakai kalimat tanya.
Kaimat
berita dedngan bentuk apa pun (aktif, pasif, akatransitif, dwitransitif, dan
sebagainya). Pertikel –kah dapat ditambahkan untuk kata tanya itu untuk
sedikit memperhalus atau lebih formal.
(*) Apakah
suaminya ditangkap minggu lalu?
10.6. Kalimat Seru
Kalimat seru, yang juga dinamakan kaliamt interjeksi,
adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkenaan
dengan sifat, maka kalkimat seru hanya dibuat dari kalimat berita yang
predikatnya adjektiva. Cara membuatnya adalah dengan mengikuti kaidah (1)
balikan kalimat dari SP menjadi PS, (2) tambahkan pertikel –nya pada P
yang telah ditempatkan di muka, dan (3) tambakan di muka P kata seru alangkah
atau bukan main.
(*) Bebas
pergaulan mereka.
10.7. Kalimat Empatik
Kalimat empatik adalah kalimat yang memberikan
penegasan khusus kapada subjek. Penegasan ini dilakukan dengan (1) menambahkan
patikel –lah pada subjek, dan (2) menambahkan kata sambung yang di
belakang subjek. Perhatikan contoh berikut.
(*) Dialah
yang memulai pertengkaran itu.
10.8.
Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri
sekurang-kurangnya satu klausa bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat
mayor, terdapat unsur pembentuk yang inti dan yang bukan inti, atau unsur yang
inti saja. Bagian inti adalah bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan.
Bagian inti merupakan satu kesatuan, terdiri atas bagian kalimat yang menjabat
fungsi subjek, predikat, atau objek. Bagian bukan inti adalah bagian kalimat
yang dapat dihilangkan.
Berdasarkan
jumlah klausa yang terdapat di dalamnya, (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat
majemuk.
10.9
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri
dari satu kluasa terikat. Kaimat tunggal hanya terdiri atas satu kesatuan inti.
Kalimat tunggal tersebut sebagaimana terdapat pada contoh berikut ini.
(*) Anak
itu menangis.
10.10
Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri dari atas beberapa klausa bebas. Berdaarkan
hubungan antara klausa-klausa yang membentuknya, kalimat majemuk dapat
dibedakan atas, (1) kalimat majemuk setara, (2) kaliamat majemuk
bertingkat, dan (3) kalimat majemuk
campuran.
(1) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara adalah kalimat majemuk yang sekurang-kurangnya terdiri dari dua
kalimat dasar yang masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.
Perhatikan contoh berikut.
(*) Aku
menimba air, ia mencuci pakaian..
Perhatiakan diagram berikut ini.
KALIMAT
MAJEMUK SETARA








lalu
atau
dan



![]() |
![]() |
||

Beradasarkan
diagram di atas, kalimat majemuk setara dapat diklasifikasikan: (1) kalimat
majemuk setara penggabungan, (2) kalimat majemuk setara penguatan, (3) kalimat
majemuk setara pemilihan, dan (4) kalimat majemik setara pertent
a.
Kalimat Majemuk Setara Penggabungan
Kalimat
majemuk setara penggabungan, secara eksplisit menggunakan konjungsi, antara
lain: dan, lalu, kemmudian, sesudah itu, dan seagainya. Contoh kalimat
setara penggabungan sebagai berikut.
(*) Ibu
membereskan kamar dan bibi menyapu halaman.
b.
Kalimat Majemuk Setara Penguatan
Kalimat
majemuk setara penguatan, pada umumnya digabungkan secara eksplisit. Konjungsi
yang digunakan antra lain: bahkan, malah(an), apalagi, dan sebagainya.
Berikut ini kalimat majemuk setara penguatan.
(*) Ia
tidak hanya memberinya petunjuk, bahkan ia pun ikut mengerjakannyaa.
c.
Kalimat Majemuk Setara Pemilihan
Kalimat
majemuk setara pemilihan ditandai oleh konjungsi atau. Jika isi
pemilihannya dua (kalimat dasar), digunakan konjungsi atau di
antara dua pilihan itu dan disertai dengan koma. Hubungan pemilihan itu dapat
juga dinyatakan dengan kata apa(kah). Perhatikan contoh
berikut.
(3-193) Dia ingin melannjutkan ke UGM, atau kuliah
di Perguruan Tinggi Swasta yang baik.
d.
Kalimat majemuk Setara Pertentangan.
Kalimat
majemuk setara pertentangan ini ditandai oleh konjungsi, antara lain tetapi,
melainkan, dan sedangkan. Konjungsi itu menyatakan hubungan
pertentangan antara kalimat dasar yang satu dengan kalimat dasar yang lain
dalam sebuah kalimat majemuk. Namun, masih diperlukan tanda koma diantara
kalimat dasar yang satu dengan kalimat dasar yang lain. Perhatikan contoh
berikut.
(*) Keterangan itu mudah, tetapi
masyarakat tidak mengerti juga.
(2) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat majemuk yang mengandung satu kalimat dasar dan merupakan inti (utama)
dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi pengisi salah satu unsur
kalimat inti itu, misalnya keterangan, subjek, dan objek. Di antara kedua
kalimat unsur itu digunakan konjungsi. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat
majemuk bertingkat, misalnya, ketika, karena, supaya, meskipun, jika,
atau, sehingga. Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram
berikut ini.
KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT











Karena

meskipun
Jika
Saya
masuk sehingga mereka diam
(3) Kalimat Majemuk Campuran
Di
dalam kenyataan penggunaan bahasa tanpak bahwa kalimat-kalimat yang kita
gunakan tidak selamanya teratur rapi sebagai kalimat tunggal, majemuk setara,
atau majemuk bertigkat. Ada kalanya kalimat yang kita gunakan tidak disebut
kaimat tunggal, tidak dapat disebut kalimat majemuk setara, tidak dapat disebut
kalimat majemuk bertingkat. Kalimat-kalimat yang kita gunakan ternyata
merupakan campuran dari kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat. Perhatikan contoh berikut ini.
KALIMAT MAJEMUK CAMPURAN





![]() |
Karena ingin
membebaskan Berakhirlah drama pemba-
Para
penumpang, pasukan dan jakan yang
telah berlang-






Anak Kalimat I Pungtuasi Induk
Kalimat I
(a) karena
ingin ( , ) (b)
Pasukan Komando
membebaskan terpaksa
menyerbu
para penumpang pesawat
![]() |
Induk Kalimat 2 Konjungsi Anak Kalimat 2
(c)
berakhirlah yang (d) berlangsung
drama pem- selama dua
bajakan hari itu
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan