Rabu, 10 Juni 2015

Menyimak Kritis Pidato dengan Hasil Kritikan Dituangkan dalam Bentuk Sebuah Karya Tulis dan Forum Diskusi, Sebagai Implementasi Vokasi Pembelajaran.



Menyimak Kritis Pidato dengan Hasil Kritikan Dituangkan dalam Bentuk Sebuah Karya Tulis dan Forum Diskusi, Sebagai Implementasi Vokasi Pembelajaran.
Indikator:
·          Menemukan tema dan pokok pembahasan dalam pidato yang disampaikan
·          Membedakan bahasa resmi dan keseharian dalam pidato yang disampaikan
·          Menjelaskan dan membedakan jenis-jenis pidato
·          Menuliskan rangkuman pidato tersebut dalam bentuk sebuah esai
·          Mengkritisi permasalahan yang disampaikan oleh pembicara dalam bentuk forum diskusi

Secara umum, keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek keterampilan, yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Sebagai pondasi awal dalam berbahasa, menyimak adalah fase terpenting ketika seseorang ingin mendapatkan sebuah informasi. Ketika informasi tersebut sudah dicerna oleh pendengar, baru kemudian dilakukan sebuah penelusuran, apakah informasi tersebut bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. Mengkritisi informasi adalah sebuah jalan untuk menemukan sebuah kebenaran maupun kesalahan dari informasi yang diberikan, baik bisa dituangkan dalam bentuk karya tulis maupun forum diskusi. Penyelarasan antara menyimak secara kritis memiliki tujuan, memberikan stimulus kepada siswa agar siswa memiliki pemikiran kritis dalam hal yang disampaikan oleh orang lain. Tidak semerta-merta bertaqlid terhadap informasi yang didengarnya.
Kegiatan Awal
A.    Mengenal Jenis dan Macam Pidato
Ada empat jenis teknik dalam berpidato, yakni berpidato menggunakan teks (membaca teks), berpidato dengan menghafal teks, berpidato menggunakan catatan topik, dan berpidato secara natural atau alamiah. sedangkan macam-macam pidato hanya terbagi dalam pidato resmi dan tidak resmi.
            Berpidato menggunakan teks (membaca teks), biasanya digunakan dalam pidato resmi kenegaraan, atau pidato dalam acara resmi dalam pemerintahan tingkat desa sampai pemerintah pusat. Dengan tujuan agar seorang pembicara membicarakan topik pembahasan sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung, yang sudah sesuai dengan yang ditentukan oleh protokoler kegiatan. Cara semacam ini menjadikan pendengar merasa bosan, dikarenakan pembicara hanya membaca ulang teks yang dibawanya, terkesan sangat kaku dalam berbicara. Berpidato dengan menggunakan catatan topik pembahasan, bertujuan mempermudah pembicara untuk  mengkolaborasi cara penyampaian materi secara langsung tetapi hanya membaca catatan kecil garis besar topik pembicaraan. Biasanya cara seperti itu digunakan dalam khutbah Shalat Jum’ah. Berpidato menggunakan cara menghafal teks, biasanya cara seperti ini digunakan para siswa SD-SMA untuk sebuah perlombaan pidato. Baik pidato menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa asing, tetapi memiliki kelemahan ketika pembicara lupa dengan teks yang sudah dihafalkan. Berpidato secara natural atau alamiah adalah, teknik berpidato dengan menghafalkan topik yang akan disampaikan. Biasanya dalam penyampaiannya, mengalir tanpa ada hambatan kosa kata atau topik yang lupa. Dalam teknikk ini, pendengar lebih merasa nyaman dalam mendengarkan berpidato.
             Pidato resmi adalah pidato yang disampaikan dalam acara resmi atau formal, biasanya pidato tersebut disampaikan dalam acara pemerintah atau instansi pendidikan dan lain-lain. Berbeda dengan pengertian pidato tidak resmi, yakni pidato yang disampaikan dalam acara tidak resmi, dengan ciri-ciri konten atau isi pidato biasanya menggunekan campur kode bahasa. Yakni, pencampuran antara bahasa daerah dengan bahasa Indonesia.
B.     Menentukan Topik Pidato
Biasanya topik dalam berpidato bisa diwakilkan dalam judul pidato, atau pembicara menyampaikan topik di awal pembukaan pidatonya. Siswa dirangsang bagaimana cara menemukan topik apabila judul tidak disampaikan oleh pembicara ataupun topik tidak disampaikan oleh pembicara, mencari kalimat yang menjadi pokok pembahasan pidato. Penekanan kata yang disampaikan pembicara bisa menjadi indikasi bahwa kata tersebut adalah topik pidato, atau kata yang disampaikan pembicara memiliki hubungan pembahasaan dari awal pidato hingga ahir.
Kegiatan Utama
C.    Menuliskan Rangkuman Pidato dalam Bentuk Esai
           
Pada umumnya, pembelajaran bahasa Indonesia sangat membosankan. Siswa tidak diperkenalkan manfaat dan hasil yang akan dicapai siswa ketika mempelajari materi yang diajarkan, seharusnya praktikum yang diberikan oleh guru harus memberikan hasil dan dampak positif bagi siswa kelak. Vokasi pembelajaran adalah metode yang sangat tepat untuk mengaplikasikan model pembelajaran tersebut.
Ketika siswa disuruh membuat esai dari hasil rangkuman pidato yang telah di dengar, dan hasilnya akan ditempel di mading sekolah. Kegiatan tersebut adalah langkah awal pemberian penghargaan terhadap siswa dengan karyanya, bisa ditambahkan ketika esai tersebut dikirim oleh guru ke media massa, dan dimuat oleh media massa menjadikan langkah awal dalam penerapan model pembelajaran vokasi.

  1. Mengkritisi Pidato dalam bentuk Forum Diskusi
Diskusi adalah sebuah forum yang terdiri dari moderator, notulen dan audiens. Dalam forum ini, siswa diajak untuk lebih kritis dari hal yang mereka dengar. Diskusi bertujuan agar siswa mampu menghargai pendapat orang lain, berbicara secara sistematis, dan yang terpenting adalah memberikan motivasi keberanian kepad siswa untuk berbicara di forum.  Tugas dari moderator sendiri adalah mengatur jalannya diskusi, sedangkan notulen tugasnya seperti seorang sekertaris. Sedangkan audiens bertugas untuk menanggapi dari pernyataan seorang pembicara. Ketika sebuah forum diskusi sudah dibentuk, siswa diarahkan bagaimana menjadi seorang pembicara yang baik, seorang moderator yang baik, audiens yang baik dan notulen yang baik. Dari hasil diskusi tersebut diharapkan siswa memiliki keberanian berbicara di depan halayak umum, tidak segan mengutarakan hasil gagasan pemikiran disampaikan kedalam forum diskusi. Siswa juga diarahkan berpikir kritis mengaenai permasalahan disekitarnya, siswa diharapkan mampu memanjemen jalannya diskusi tersebut.

E.     Mengkritisi Pidato dalam Bentuk Karya Tulis
Sebagai pola pembelajaran dengan aplikasinya, banyak dari siswa yang rata-rata menilai pembelajran bahasa indonesia itu sangat membosankan. Perlu adanya suatu perubahan signifikan dari seorang guru, kreativitas dan inovasi pembelajaran agar siswa merasakan kesenangan dalam belajar bahasa indonesia. Vokasi pembelajaran bertujuan agar mengarahkan suatu materi menuju dunia kerja, guru tidak hanya memberikan suatu materi tanpa hasil atau tujuan husus. Siswa diajak bagaiman caranya ketika suatu materi memeiliki dampak dan andil masa depan pekerjaannya. Dalam materi ini, siswa diajak menemukan bagaimana menjadi seorang penyimak yang baik dan hasil korespondensi dari pidato tersebut dituangkan ke dalam sebuah karangan yang berbentuk esai. Boleh menggunakan bahasa siswa sendiri, tetapi guru membimbing agar bahasa siswa tersebut menjadi bahasa yang komunikatif dengan pembaca, tidak melupakan unsur dari berbahasa yang baik dan benar.
Hasil dari kepenulisan esai siswa, akan dimuat dalam majalah dinding kelas, sekolah atau buletin siswa dari ekskul jurnalistik siswa, ataupun guru akan menseleksi hasil karya siswa tersebut dan diokirimkan ke penerbit koran, ataupun laman web sekolah. Dengan cara seperti itu, guru memebntuk sebuah pola pemikiran kepada siswa, usaha dalam kepenulisan tidak hanya sebagai tugas semata, melainkan sebagai manivestasi kelak ketika mereka mencari sebuah pekerjaan. Jurnalistik adalah salah satu bidang pekerjaan yang bisa ditempuh melalui jalur kepenulisan, siswa diarahkan dari hasil menulis esai tersebut siswa diharapkan kelak bisa menjadi seorang penulis baik karya fiksi dan non fiksi. 


Kegiatan Lanjutan

  1. Mempersiapkan Siswa Menjadi Seorang Penulis
Mempersiapkan siswa agar memiliki kemampuan dalam kepenulisan, yang mana kelak kemampuan tersebut bisa dimanfaatkan dalam dunia pekerjaan. Ketika siswa mampu menulis esai dengan bahasa yang baik dan benar, kemampuan tersebut bisa diarahkan kedalam dunia kepenulisan atau dunia koresponden. Seorang penulis tidak semerta-merta keutrunan dari orang tua atau genetik, melainkan usaha dan cara menemukan jalan menjadi penulis. Memperbanyak wawasan dengan membaca adalah salah satu kuncinya, wawasan yang luas lebih mempermudah siswa dalam memasuki dunia jurnalistik, juga tidak menafikkan kemampuan dalam menguasai bahasa Inggris. Bekal kepenulisan esai juga bisa menjadi bekal kelak ketika siswa memasuki dunia perkuliahan, kepenulisan ilmiah menjadi sangat penting didalam perkulian. Bekal awal kepenulisan esai tersebut menjadikan siswa mampu menemukan apa yang harus diperbuat dengan materi menyimak kritis pidato dengan hasil kritikan dituangkan dalam bentuk sebuah karya tulis dan forum diskusi, sebagai implementasi vokasi pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar