Rabu, 24 Juni 2015

Naskah Film “Skripsi Tentang Ayah” Sastra Offering A Production A Film By M.F. Arrozaq



Naskah Film “Skripsi Tentang Ayah” Sastra Offering A Production
A Film By M.F. Arrozaq
Setting: Tangga Gedung, Lorong Kelas, dan Lobi Fakultas
Siang itu, Rini dan empat orang temannya telah menyelesaikan persiapan untuk mengikuti sidang skripsi besok. Tiba-tiba ditangga lantai 3 hp Rini ada nada penggilan yang berbunyi.
Rini: teman-teman, kalian duluan saja, aku gak papa kok kalian tinggal.
Teman: kita tunggu di depan lobi bawah ya.
Rini: Iya.
Panggilan itu pun diangkat,
Rini: Wa’alaikumussalam, maaf ini Siapa?
Penelpon: Ini aku Rin, pak Santoso, tetangga kamu.
Rini: iya Pak, ada apa pak?
Penelpon: Bapakmu masuk rumah sakit lagi Rin, keadaannya mengahawatirkan. Kamu cepat pulang.
Rini: tapi, pak.
Penelpon: kamu ini Rin, itu bapakmu. Beliau sedang sakit, masak kamu tidak mau pulang.
Rini: aku sangat ingin pulang pak, tapi besok aku sidang skripsi pak.
Penelpon: jadi, kamu lebih mementingkan kuliah daripada bapakmu.
Rini: bukan, bukan itu maksudku pak. Aku hanya tidak ingin mengecewakan bapakku, beliau sudah susah payah mengkuliahkanku pak, besok final dari aku kuliah selama 3.5 tahun setengah pak.
Penelpon: jenguklah bapakmu, aku takut nanti kau menyesal.
Rini: iya pak, terimakasih. Wassalamualaikum warahmah.
Rini pun menyusul teman-temannya yang sudah menunggu di lobi fakultas, ia duduk disamping sahabatnya Devi.
Devi: ada apa Rin, kok kusut banget wajahmu?, lupa gak di setrika ya?hehe
Rini: enggak ada apa-apa kok Dev,
Devi: beneran gak ada apa-apa?
Rini: sebenarnya, ehm. Kalau sidang skripsi nyusul gimana dev?
Devi: setahuku ya tidak boleh rin, itu kan sudah agenda jurusan. Ada apa toh?
Rini: ehm, ayahku sekarang sakit Dev, tadi tetangga nelpon. Aku disuruh pulang.
Devi: iya pulang rin, besok kita akan ngomong ke dosen pengujinya, insya Allah bisa kok nyusul
Rini: tapi dev, kalau gak bisa?, aku takut dev. Takut harus nunggu wisuda semester depan.
Devi: Insya Allah boleh Rin, dosen di sini kan mengutamakan sistem kekeluargaan. Paham kok beliau.
Rini: iya sudah deh Dev, makasih ya atas bantuannya.
Devi: iya rin, sama-sama.
Mereka sedang asyik ngobrol satu sama sain, lama kelamaan mereka sepakat untuk pulang.
Nina: Dev, udah jam berapa?, kita pulang yuk.
Dev: udah jam 3 nen, yuk pulang.
Mereka pun pulang dan berpisah.
Setting: rumah keluarga Rin, rumah bergaya lama.
Terdengar suara ketkan pintu, dek..dek..dek. pintu yang terbuat dari ukiran kayu dan diperindah dengan kaca yang dihiasi dengan lukisan burung. Terdengar suara seorang wanita mengucapkan salam kemudian, ah itulah Rini.
Rini: Assalamualaikum
Ibu: Walaikumsalam Warahmah
pintu pun terbuka, dan Rini mencium tangan ibunya penuh takzim. Mereka pun berjalan menuju ruangan, ada kursi dan meja, kursi panjang yang terbuat dari anyaman rotan, dan di tengah dua kursi tersebut di pisah oleh meja panjang yang panjangnya sama dengan kursi. Rini pun mencium tangan bapak yang sedang duduk.
Rini: bagaimana keadaan bapak?
Bapak: Alhamdulillah sehat nak,
Rini: Rini di telpon oleh pak Santoso, katanya bapak habis masuk rumah sakit.
Bapak: bapak tidak kenapa-kenapa nak, hanya batuk bisa, (batuk pun selalu menghiasi percakapan bapak dan anak).
Sedangkan ibu dengan penuh rasa kasih dan cinta, memijit pundak bapak. Dalam benaknya mungkin hanya sebatas ini yang bisa dia lakukan.
Bapak: kamu katanya besok sidang skripsi nak?, kok pulang?
Rini: iya Pak, tapi Rini ingin menemani bapak. Rini ingin ada disamping bapak, merawat bapak.
Bapak: bapak tidak apa-apa ndok, bapak sehat kok, (uhuk..uhuk..)
Ibu pun meyakinkan Rini untuk kembali ke kampus,
Ibu: iya ndok, bapak sehat kok, ndok pulang saja ke kampus. Besok kan sidang ndok. Ndok bisa mempersiapkan sidang buat besok.
Bapak: iya nak, bapak disini selalu mendoakan kesuksesan anak, setiap malam bapak berdoa buat anak.
Rini: apa bener bapak tidak apa-apa ?
Bapak: iya ndok.
rini: iya sudah pak, Rini pulang.
Rini pun mencium tangan bapak, tidak lupa mencium tangan ibu. Dengan sangat berat hati Rini melangkahkan kainya untuk keluar Rumah. Entah kenapa waktu seakan lama untuk berdetak, langkah kaki Rini seakan ada permainan kamera Slow Motion, dan hingga pintu itu terbuka. Teriakan ibu Rini pun menggelegar.Innalillahi wa inna ilaihi rajiun bapak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar