Gaya Hidup Berbahasa
M. Fadlulloh Arrozaq
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang
mempersatukan penduduk Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki ratusan ragam adat,
budaya, dan ragam bahasa, sehingga dari berbagai ragam dan warna kehidupan
masyarakat ini, menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu antar
penduduk yang berbeda budaya, dan bahasa. Modernitas dalam segala aspek
kehidupan masyarakat menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa life style atau
gaya hidup. Masyarakat di berbagai daerah yang kental dengan adat berbahasa
daerah kelahirannya, sedikit tergerus penggunaan bahasa ketika media massa
memberikan hiburan atau informasi menggunakan bahasa Indonesia. Sekian lama
keadaan tersebut berkembang, menimbulkan cara berpikir dikalangan orang tua
atau masayrakat daerah tersebut. Penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari memiliki strata kehidupan yang berbeda dengan orang yang masih
mempertahankan bahasa daerahnya, minimal dalam pandangan masyarakat bahwa
keluarga ini adalah keluarga berpendidikan. Masyarakat menganggap bahwa orang
yang menggunakan bahasa Indonesia adalah yang telah menguasai bahasa tersebut,
yang mana bahasa Indonesia hanya dikaji dan digunakan di sekolah atau perguruan
tinngi. Pemikiran seperti itu tersebar di daerah pedalaman atau desa yang
melestarikan bahasa daerah.
Cara
berpikir yang salah ini, memiliki dampak masa depan terhadap pemahaman anak
cucu kita nanti. Mereka sudah tidak mengenal bahasa adatnya, karena
masyarakatnya sudah tidak mau menggunakan bahasa daerah karena keudikan
bahasa tersebut. Anak cucu kita beranggapan bahwa bahasa daerah adalah ilmu
pengetahuan seperti ilmu Matematika dan ilmu yang diajarkan di sekolah, bukan
sebagai keterampilan berbahasa.
Meskipun
pemerintah melalui kementrian pendidikan memberikan mata pelajaran muatan lokal
kepada semua sekolah, dari pihak sekolah sendiri menempatkan bahasa daerah
sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal. Daerah Jawa rata-rata
menggunakan muatan lokal bahasa Jawa, tetapi langkah ini juga menimbulkan
persepsi oleh orang tua siswa. Mereka beranggapan ketika bahasa Jawa sudah
menjadi mata pelajaran, menjadikan bahasa jawa sebagai ilmu. Padahal bahasa
bukan hanya sebagai ilmu, melainkan sebagai keterampilan yang harus di
praktekan.
Sebagai
antisipasi dampak yang berkepanjangan, seharusnya orang tua melatih anaknya
setiap hari untuk menggunakan bahasa daerah. Sebagai pendukung langkah yang
dilakukan oleh orang tua, hendaknya memiliki buku acuan berbahasa. Misalkan
Pepak Bhasa Jawa juga kamus bahasa Inggris, tetapi lebih difokuskan kepada kosa
kata keseharian. Ketika hal itu sudah dilaksanakan, maka anak untuk
mempraktekan objek-objek disekitar anak menggunakan bahasa Jawa, Indonesia dan
bahasa Inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar